122 ASN Pemprov Jabar Alami Tingkat Kecemasan Tinggi, Mereka Segera Diminta Akses Layanan Kesehatan Jiwa

Gangguan mental di kalangan ASN timbul akibat berbagai faktor terutama tekanan di tempat kerja, kesulitan adaptasi, dan hubungan sosial yang tidak sehat di lingkungan kerja.

Bandung, isafetymagazine.com – Dokter Spesialis Kesehatan Jiwa, Teddy Hidayat mengatakan hasil skrining terhadap 122 Aparatur Sipil Negara Pemerintah Provinsi Jawa Barat (ASN Pemprov Jabar) menyebutkan tingkat kecemasan yang tinggi.

Jadi, dia menyarankan ASN melakukan skrining kesehatan jiwa secara rutin untuk deteksi dini dan mengenali risiko gangguan psikologis.

“Skrining bukanlah diagnosis, tetapi menjadi langkah awal penting untuk mengenali gejala dan segera mengambil tindakan bila ada permasalahan psikologis,” katanya.

Pernyataan ini disampaikannya dalam skrinning kesehatan jiwa berbasis daring dan talk show yang berlangsung di Pelataran Gedung Sate A, Bandung, Jabar pada Rabu (22/10/2025).

Acara ini digelar oleh Tim Koordinasi Kesehatan Jiwa Jawa Barat bekerja sama dengan Ruang Empati Jiwa di bawah fasilitasi dan koordinasi Biro Kesejahteraan Rakyat (Kesra) Setda Provinsi Jabar.

Sebanyak 122 ASN berasal dari Organisasi Perangkat Daerah (OPD) dan peserta daring dari 27 kabupaten/kota dan unsur Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas).

Hasil skrining ini bisa dijadikan input program kesehatan mental ASN melalui pelatihan Mental Health First Aid (pertolongan pertama psikologis).

ASN yang menunjukkan gejala gangguan mental dengan dampak psikologis dan fisik yang berat disarankan segera mengakses layanan kesehatan di Puskesmas, klinik dengan layanan kejiwaan, atau rumah sakit (RS).

Langkah ini guna berkonsultasi dan memperoleh perawatan dari psikolog klinis maupun psikiater.

Hal lainnya yang dilakukan 122 ASN Pemprov Jabar adalah mengimplementasi nilai-nilai filosofi Pancawaluya sebagai dasar pengembangan ASN. Nilai ini meliputi Cageur (Sehat), Bageur (Baik), Bener (Benar), Pinter (Cerdas), dan Singer (Gesit).

“Nilai-nilai Pancawaluya secara signifikan berpengaruh dalam menurunkan risiko stres dan depresi, sekaligus meningkatkan ketahanan mental serta kinerja ASN,” ujarnya.

Pada kesempatan yang sama Dokter Spesialis Jiwa, Zulfitriani menambahkan gangguan mental di kalangan ASN timbul akibat berbagai faktor terutama tekanan di tempat kerja, kesulitan adaptasi, dan hubungan sosial yang tidak sehat di lingkungan kerja.

“Tekanan mental di tempat kerja tak boleh dibiarkan. Harus ada skrining rutin, penanganan dini terhadap luka psikologis, dan akses terhadap layanan kesehatan jiwa,” ujarnya.

Lingkungan kerja yang toxic (beracun) dapat berdampak serius terhadap kesehatan mental ASN. Jadi, ini perlu upaya sistematis untuk menciptakan suasana kerja yang sehat dan suportif.

“Tekanan mental harus segera ditangani agar tidak berkembang menjadi gangguan mental yang lebih berat,” tuturnya. (adm)

Sumber: RMOL Jabar

Exit mobile version