40 Persen Lebih Eksekutif Senior Prioritaskan Perusahaan Praktik ESG

Survei ini juga menemukan karyawan melaporkan inisiatif keberlanjutan organisasi mereka hingga saat ini masih berfokus pada isu-isu operasional.

Jakarta, isafetymagazine.com – Survei Economist Impact menyebutkan sebanyak 40% lebih eksekutif senior memprioritaskan faktor environment (lingkungan), social (sosial), dan government (tata kelola) atau ESG saat melamar pekerjaan dibandingkan rekan-rekan mereka yang lebih junior.

Hal ini didasarkan 630 responden yang merupakan karyawan dari perusahaan kecil, menengah, besar dan global di pusat keuangan di London (Inggris), New York (Amerika Serikat), Singapura, Sydney (Australia), dan Tokyo (Jepang).

Kemudian, sebanyak 41% eksekutif senior mempertimbangkan reputasi ESG organisasi saat melamar suatu posisi.

Selanjutnya, 43% lebih eksekutif bersedia menerima gaji yang lebih rendah untuk bekerja di perusahaan yang berfokus pada keberlanjutan dibandingkan karyawan junior.

Survei menyebut faktor ekonomi seperti biaya hidup mungkin mengabaikan pertimbangan keberlanjutan para karyawan junior tersebut.

Survei ini menemukan keselarasan yang kuat antara karyawan senior dan junior dalam memprioritaskan untuk mencapai tempat kerja yang berkelanjutan.

Hal tersebut membuat sekitar 80% responden dari kedua kelompok setuju bahwa mendidik dan melatih karyawan tentang praktik berkelanjutan itu merupakan hal penting.

Kedua kelompok juga menempatkan pembinaan kesejahteraan karyawan serta mempromosikan kesetaraan gender dan keberagaman demografi di tempat kerja sebagai prioritas terpenting kedua dan ketiga.

Dengan pendidikan dan pelatihan yang ditetapkan sebagai prioritas utama keberlanjutan, laporan tersebut. Lalu, menemukan minat yang kuat dari karyawan junior untuk mengejar pengembangan keterampilan terkait keberlanjutan.

Sebanyak 27% lebih responden melaporkan mereka mengejar sertifikasi profesional dan kursus pengembangan, 42% responden berpartisipasi dalam kelompok kerja internal, dan 39% menjadi sukarelawan untuk inisiatif keberlanjutan.

Survei ini juga menemukan karyawan melaporkan inisiatif keberlanjutan organisasi mereka hingga saat ini masih berfokus pada isu-isu operasional.

Sebanyak 54% responden secara keseluruhan melaporkan bahwa inisiatif yang diterapkan mencakup sistem hemat energi.

Hal lainnya adalah sebanyak 52% responden melaporkan pengurangan konsumsi sumber daya, sementara hanya 26% responden yang melaporkan penerapan solusi rantai pasokan yang berkelanjutan.

Laporan juga menemukan perusahaan memberikan insentif bagi keberlanjutan di tempat kerja dalam berbagai cara. Sebanyak 48% responden melaporkan bahwa organisasi mereka menyediakan kesempatan belajar dan pengembangan pada praktik keberlanjutan.

Lalu, sebanyak 53% responden melaporkan mereka mempromosikan pilihan perjalanan yang ramah lingkungan, dan 36% responden mendukung kelompok keberlanjutan yang dipimpin karyawan dengan sumber daya dan pengakuan.

Walaupun demikian, hanya sebesar 7% responden melaporkan mengintegrasikan tujuan keberlanjutan ke dalam evaluasi kinerja.

“Keberlanjutan perusahaan tidak dapat berhasil hanya sebagai arahan dari atas ke bawah. Perusahaan yang melibatkan karyawan di semua tingkatan akan berada pada posisi yang lebih baik untuk mendorong perubahan yang bermakna dan berkelanjutan,” kataKepala Kebijakan dan Wawasan Economist Impact, Jonathan Birdwell. (kom/adm)

Exit mobile version