Bandung, isafetymagazine.com – Guru Besar Fakultas Teknologi Industri (FTI) Institut Teknologi Bandung (ITB) Hardianto Iridiastadi mengemukakan berdasarkan statistik bahwa sebanyak 84,5% dari semua kendaraan bermotor adalah sepeda motor dan 75%-81% dari orang yang meninggal akibat kecelakaan adalah pengendara sepeda motor.
Dari kecelakaan yang terjadi di lalu lintas darat dan kereta api terjadi akibat dua faktor utama, yakni kelelahan dan perilaku.
“Kelelahan dan perilaku dengan banyak metode studi, salah satunya naturalistic study, yakni dengan memasang kamera di dalam kendaraan untuk mengamati perilaku sopir ketika berkendara,” katanya.
Hal ini disampaikannya dalam Orasi Ilmiah Guru Besar ITB di Aula Barat berjudul ‘Keselamatan Transportasi Jalan: Kajian Aspek Kelelahan dan Perilaku’ yang digelar Forum Guru Besar Institut Teknologi Bandung (ITB) belum lama ini.
Hardianto Iridiastadi bernaung di Kelompok Keahlian Ergonomi, Rekayasa Kerja, dan Keselamatan Kerja (ERK3) sebagai Kepala Kelompok Keahlian. Selain itu sebagai Lab Director: Work System Design and Ergonomics, dan Kepala ITB Research Ethics Committee.
Topik Industrial Ergonomics dan Transport Human Factor menjadi fokus penelitian Hardianto Iridiastadi. Dia mengutarakan aspek utama kelelahan terdiri atas waktu bekerja, waktu istirahat, dan pekerjaan.
“Kelelahan dapat disebabkan karena pekerjaan yang monoton, durasi tidur, dan shift kerja,” ucapnya.
Untuk mengevaluasi kelelahan, ujar Hardianto Iridiastadi, banyak pendekatan yang dilakukan, yakni pendekatan subjektif, performa, neurophysiology, dan behavior atau perilaku. Jadi, ini dapat dilakukan adalah intervensi dan mitigasi untuk meminimalkan kecelakaan yang terjadi.
“Di Indonesia belum banyak dilakukan penelitian yang mengkaji aspek perilaku yang menyebabkan kecelakaan khususnya di jalan raya, baik karena ada error (tidak disengaja) maupun karena violation,” ujarnya.
Dengan demikian isu yang harus dipahami adalah perilaku itu seperti apa khususnya di jalan raya. Seseorang akan berperilaku karena didorong motivasi, tetapi begitu dia turun ke jalan raya.
“Motivasinya jadi bukan motivasi pribadi, tetapi di dorong oleh kawan-kawannya,” ujarnya.
Kajian tidak cukup untuk memahami perilaku seperti apa yang terjadi di jalan raya, khususnya konteks Indonesia.
Di luar negeri penelitian yang banyak dilakukan seolah menyederhanakan perilaku yang terjadi di jalan raya dan itu tidak dapat diterapkan di Indonesia karena sangat unik dan kompleks serta memiliki spektrum yang luas.
Dengan demikian, untuk melakukan mitigasi pengurangan kecelakan, pendekatan yang dilakukan harus terintegrasi, sistematik, dan dapat diterima oleh khalayak umum. (adm)