Begini Penanganan Fingertip Injury Akibat Kecelakaan Kerja

Pada kejadian patah tulang belakang hingga cedera saraf terjadi akibat trauma energi tinggi, misalnya jatuh dari tangga.

Depok, isafetymagazine.com – Dokter spesialis ortopaedi dan traumatologi di Rumah Sakit Universitas Indonesia (RSUI), Elfikri Asril menilai kecelakaan kerja yang paling sering terjadi yaitu fingertip injury (cedera ujung jari) hingga traumatik amputasi, patah tulang di kaki atau tangan, dan patah tulang belakang hingga cedera saraf tulang belakang.

Fingertip injury adalah cedera pada ujung jari yang mengenai jaringan lunak, tulang, atau kuku yang letaknya lebih jauh dari insersi tendon.

“Seseorang yang mengalami ini harus ditangani dengan tepat dikarenakan ujung jari adalah bagian tubuh yang berfungsi untuk merasakan sensasi yang akurat, jika tidak ditangani dengan benar dapat menimbulkan komplikasi berupa nyeri dan kelainan bentuk,” katanya.

Pernyataan ini disampaikannya dalam seminar bertajuk Penanganan Kecelakaan Kerja dan Perlindungan Masa Tua bagi ASN yang digelar RSUI dan Tabungan dan Asuransi Pegawai Negeri (Taspen) di Depok, UI belum lama ini.

Penanganan awal atas fingertip injury dapat dilakukan dengan berbagai langkah pertama jangan buang bagian jari yang terputus.

Pasalnya, ini masih terdapat harapan akan bisa disambung kembali, cuci jari yang putus tersebut dengan air mengalir untuk menghilangkan kotoran,

Selanjutnya, letakkan pada kain kassa kering, bungkus dengan kain kassa kering dan masukkan ke dalam kantong plastik diteruskan dengan membungkus kembali dengan plastik yang berisi es diteruskan dengan membawa ke rumah sakit (RS).

“Penyambungan ini tidak boleh lebih dari enam jam. Tidak semua rumah sakit bisa mengerjakan tindakan penyambungan ini. Namun RSUI sudah termasuk rumah sakit yang mampu melakukan tindakan ini,” ujarnya.

Pada kejadian patah tulang terdapat dua jenis, ucap Elfikri Asril, yaitu patah tulang terbuka dan tertutup. Untuk patah tulang terbuka terdapat bagian tulang yang mencuat.

Untuk pada patah tulang tertutup tidak terjadi luka yang ditandai dengan ada lebam, disertai bengkak, deformitas atau perubahan bentuk, atau jika ditekan pada tulang sakit terjadi bunyi krek-krek seperti tulang bergeser.

“Penanganan awal patah tulang terbuka yang pertama dengan mencoba hentikan perdarahan dengan menekan menggunakan kasa atau kain bersih, tapi jika terjadi tulang yang bengkok jangan sekali-kali untuk meluruskan karena khawatir akan memperparah,” tuturnya.

Berikutnya, lakukan imobilisasi yaitu pertahankan agar tulang tidak bergerak, bisa menggunakan kayu atau kardus, setelah itu dikompres es di bagian yang bengkak. Penanganan pertama yang tepat dapat mencegah komplikasi yang serius.

Pada kejadian patah tulang belakang hingga cedera saraf terjadi akibat trauma energi tinggi, misalnya jatuh dari tangga.

“Cara kita mengetahui apakah kejadian patah tulang ini mengenai saraf tanda-tandanya yaitu ada kelemahan di kedua kaki, tidak bisa buang air kecil, dan pasien merasa baal dan kesemutan di tungkai,” ujarnya.

Elfikri Asril mengemukakan apabila ini terjadi, maka segera lakukan tindakan operasi pembebasan saraf maksimal 48 jam setelah kejadian jatuh, jika lebih dari itu akan sulit untuk kembali pada kondisi normal.

“Penanganan awal pada kejadian ini harus berhati-hati untuk mencegah kerusakan saraf yang lebih parah. Rumah sakit yang melakukan operasi tersebut harus memiliki teknologi MRI untuk mengecek saraf yang bermasalah. RSUI saat ini sudah memiliki teknologi MRI dan dokter subspesialis tulang belakang yang berpengalaman,” ucapnya. (rep/adm)

Exit mobile version