FeaturedOHS

Dir PNK3 Ajak Seluruh Masyarakat Terapkan Budaya K3

JAKARTA, ISafetymagz.com – Kementerian Ketenagakerjaan (Kemnaker) acap menjadi pihak yang dipersalahkan apabila terjadi peristiwa kecelakaan kerja yang menimbulkan banyak pekerja meninggal dunia. Institusi pemerintah yang dikomandani M Hanif Dhakiri tersebut sering dituding lemah dalam melakukan pengawasan ketenagakerjaan.

Benarkah demikian? Ketika dikonfirmasi ISafety, Direktur Pengawasan Norma Keselamatan dan Kesehatan Kerja (Dir PNK3) Ditjen Binwasnaker dan K3 Kemnaker Herman Prakosa Hidayat mengatakan, tudingan itu muncul karena selama ini ada anggapan keliru di masyarakat tentang K3. Bahwa K3 adalah urusannya pemerintah, dalam hal ini Kemnaker.

DIREKTUR PNK3 DITJEN BINWASNAKER & K3 KEMNAKER HERMAN PRAKOSA HIDAYAT. (Foto: ISafetymagz.com/Hasanuddin)

“Perusahaan seharusnya sadar bahwa K3 bukan urusan Kemnaker. Tetapi semua pihak, termasuk masyarakat. Jika terjadi kecelakaan kerja, jangan saling menyalahkan. Tetapi disikapi dengan bijak, bagaimana kecelakaan kerja bisa dikurangi dan tidak terulang di kemudian hari,” kata Herman kepada ISafety di ruang kerjanya, kemarin.

Karena itu, Herman mengajak kepada seluruh lapisan masyarakat untuk memulai menerapkan budaya K3 di segala lini kehidupan karena K3 merupakan kepentingan bersama. “Ayolah kita sama-sama harus sadari bahwa K3 merupakan kepentingan kita bersama demi terwujudnya masyarakat Indonesia yang sehat dan sejahtera,” ajak Herman.

Herman mencontohkan budaya K3 di masyarakat bisa dimulai dengan hal-hal sederhana yang selama ini menjadi aktivitas keseharian masyarakat. Tidak membuang sampah sembarangan apalagi menjadikan sungai sebagai tempat pembuangan sampah, menata instalasi kelistrikan di rumah masing-masing dengan baik, mencabut selang regulator dari tabung gas jika hendak meninggalkan rumah dalam waktu lebih dari satu hari, memperhatikan rambu-rambu lalu lintas ketika berkendara, mengenakan sabuk pengaman, dan masih banyak lagi.

“Hal-hal sederhana saja, yang selama ini rutin dilakukan masyarakat. Jika perilaku safety itu sudah menjadi kebiasaan, maka kebiasaan baik itu akan terbawa ke tempatnya bekerja dan kemudian akan menjadi budaya K3. Jadi, sekali lagi, K3 adalah urusan bersama, urusan semua pihak, semua lapisan masyarakat,” Herman menegaskan.

Herman pun mengimbau kepada seluruh pekerja, baik sektor informal maupun formal, agar juga mulai menerapkan budaya K3 di tempat kerjanya masing-masing. Budaya K3 akan meminmalisir bahkan mencegah terjadinya kecelakaan dan penyakit akibat kerja di tempat kerja.

Menurutnya, lebih baik mencegah daripada memperbaiki. Sebab selain lebih mudah (diterapkan dalam perilaku keseharian), juga lebih efektif dan lebih efisien. “K3 memang awalnya cost. Tetapi itu sementara waktu saja. K3 sebenarnya adalah investasi. Jika terjadi kecelakaan dan penyakit akibat kerja di tempat kerja, maka biaya yang harus dikeluarkan perusahaan justru akan jauh lebih besar daripada menerapkan aspek K3 di perusahaannya,” kata Herman.

Bagaimana menurut Anda? Apakah sudah menerapkan K3 dalam keseharian dan di tempat kerja Anda? (Hasanuddin)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *




Enter Captcha Here :

Back to top button