Regional News

Gempa dan Tsunami mengancam , BMKG : Perkuat Mitigasi Bencana

BANDUNG, ISafetyMagz.com – Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) mendorong pemerintah daerah secara rutin melakukan simulasi bencana, baik bencana gempa bumi maupun tsunami. Hal itu penting untuk melatih kewaspadaan masyarakat saat terjadi bencana.

Apalagi Indonesia merupakan negara dengan potensi bencana gempa bumi cukup tinggi. Pasalnya, Indonesia berada pada pertemuan tinggi lempeng tektonik aktif utama dunia, yaitu Indonesia Australia, Pasifik dan Eurasia.

Gempa bumi sendiri menjadi salah satu pemicu terjadinya tsunami. Dari data PVMBG dalam kurun waktu 27 terakhir (1990-2017) setidaknya telah terjadi 166 gempa bumi dan 16 di antaranya memicu terjadinya tsunami yang menelan 277 korban jiwa.

Bahkan, sejarah mencatat, sejak awal abad ke-20 di pantai selatan Jawa telah dilanda 20 kali kejadian tsunami yang dipicu gempa bumi. Seperti di wilayah Pangandaran (1921,2006), Kebumen (1904), Purworejo (1957), Bantul (1841), Tulunganggung (1859), Jember (1921) dan Banyuwangi (1818,1925,1994).

Kepala Stasiun BMKG Bandung Tony Agus Wijaya meminta masyarakat tidak perlu panik dengan ancaman bencana yang ada. Justru, menurutnya paling penting saat ini adalah memperkuat mitigasi bencana.

Pemerintah daerah dan instansi terkait lainnya perlu meningkatkan kesiapan dan siaga masyarakat dalam menghadapi bencana alam. Salah satunya dengan pelatihan dan simulasi bencana gempa juga tsunami.

“Perlu terus melakukan sosialisasi, latihan tsunami atau simulasi menghadapi gempa bumi. Ini perlu kita lakukan agar saat terjadi gempa dan tsunami masyarakat tidak panik dan juga tahu langkah yang harus dilakukan,” kata Tony, saat ditemui di Kantor Badan Geologi, Kota Bandung, Jumat (6/4/2018).

Dia mengungkapkan, ada beberapa hal yang bisa memicu terjadinya tsunami. Pertama pusat gempa terjadi di laut dengan kekuatan lebih dari 7 magnitudo, kedalaman laut kurang dari 70 Km dan terjadi perubahan dasar laut.

Di selatan Jawa sendiri terdapat potensi gempa besar dengan kekuatan 8,7 magnitudo yang bisa menyebabkan tsunami. Namun belum bisa diprediksi kapan dan seberapa tinggi tsunami itu terjadi.

Untuk itu, lanjut dia, mitigasi bencana sangat penting dilakukan oleh pemerintah daerah dan masyarakat. Minimal sebanyak satu kali dalam satu tahun. Di sisi lain BMKG juga terus memantau potensi bencana yang bisa terjadi kapan saja.

“Beberapa daerah sudah mulai melaksanakan tapi itu perlu kita giatkan kembali minimal setahun sekali latihan proses evakuasi, simulasi, sehingga masyarakat tidak khawatir saat terjadi bencana,” kata Tony.

Tony menambahkan, pelatihan dan simulasi bencana ini tidak hanya digelar di daerah-daerah dengan tingkat kerawanan tinggi. Tapi juga perlu dilakukan di kota-kota besar dan daerah lainnya.

“Seperti di Jepang, ancaman (gempa dan tsunami) lebih besar dari Indonesia. Tapi mereka tetap bisa menjadi negara maju berkat mitigasi bencana yang baik. Itu harus kita contoh,” tandasnya.

Sumber : https://news.detik.com/berita-jawa-barat/d-3957627/gempa-dan-tsunami-mengancam-bmkg–perkuat-mitigasi-bencana

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *




Enter Captcha Here :

Back to top button