Jakarta, isafetymagazine.com – Indonesia masih menghadapi tantangan pandemi Covid-19 sampai sekarang. Kondisi ini memunculkan peluang dan tantangan bagi pekerja kesehatan.
“Kalau kita melihat pembangunan kesehatan di Indonesua berorientasi kepada tindakan preventif di primary healthcare, sehingga pelayanan kesehatan perlu penguatan terutama pembina K3,” kata Wakil Direktir III Bidang Kemahasiswaan Politeknik Kesehatan Malang (Polkesmas), Ganif Djuwadi.
Hal ini disampaikannya dalam ‘2nd Malang Occupational Safety and Health Annual Summit (MOSHAS) bertajuk Penguatan Sumber Daya Manusia Yang Unggul dan Berbudaya K3 pada Sektor Kesehatan’ pada Sabtu (27/2/2021).
Primary health care adalah pusat kesehatan masyarakat (puskesmas) tingkat kelurahan di semua kecamatan di Indonesia. Fasilitas ini menfokuskan bagi penduduk rentan yaitu bayi, anak, manusia usia lanjut (manula), dan keluarga miskin (gakin).
“Kita bisa menghitung berapa jumlah tenaga K3 di Indonesia kalau ada 10.251 puskesmas, yang terpenuhi baru 50%, sehingga masih ada peluang bisa ditangkap oleh seluruh tenaga kesehatan khususnya K3,” ucapnya.
Jika dibandingkan 2019 jumlah puskesmas naik dari 10.139 unit guna mengimbangi peningkatan populasi penduduk. Setiap puskesmas membutuhkan sembilan nakes.
Untuk jabatan fungsional pembina K3 di Kementerian Kesehatan (Kemenkes) memerlukan 15-30 orang. Di luar kemenkes sebanyak 4-8 orang dan pemerintah provinsi sebanyak 5-25 orang. Kemudian, pemkab/pemkot sebanyak 3-15 orang, rumah sakit (RS) tipe A sebanyak 3-15 orang.
Selanjutnya, RS tipe B sebanyak 2-10 orang, RS tipe C sebanyak 1-7 orang dan RS tipe D sebanyak 1-5 orang.
Ganif mengemukakan apa yang dimaksud tenaga kesehatan (nakes) mengacu kepada Undang-Undang (UU) Nomor 36 Tahun 2014 Tentang Tenaga Kesehatan. Mereka adalah setiap orang yang mengabdikan diri dalam bidang kesehatan
Selain itu orang yang memiliki pengetahuan dan/atau keterampilan melalui pendidikan di bidang kesehatan. Terakhir, tenaga kesehatan jenis tertentu memerlukan kewenangan untuk melakukan upaya kesehatan.
“Ada 13 jenis bidang kesehatan, salahsatunya sarjana kesehatan masyarakat,” ucapnya.
Sejumlah lulusan sarjana kesehatan masyarakat bisa bekerja sebagai tenaga promoter kesehatan, tenaga pembina K3, tenaga kesehatan reproduksi, dan statistik kependudukan. Mereka mesti dibekali seertifikat kompetensi.
“Mahasiswa harus mempersiapkan sejak dini, bagaimana secara berjenjang memunyai sertifikat kompetensi setiap semester minimal sudah dicicil,” tuturnya. (adm)