FeaturedKonstruksiOHSRegional NewsSafety Management

Kapten TNI M Basid: Mengabdi kepada Bangsa dan Negara Lewat Safety

ALIH PROFESI TNI

PRINGSEWU, isafetymagazine.com – Safety dan TNI merupakan bagian tak terpisahkan. Sejak dini, setiap prajurit TNI sudah diberikan pendidikan, pelatihan, dan pembinaan tentang safety dalam konteks pengamanan bangsa dan negara yang menjadi tugas pokok TNI.

Sejak dini pula, setiap prajurit TNI sudah ditempa kedisiplinan dan ketegasan. Sebab ketika dihadapkan pada situasi perang, setiap prajurit TNI harus bisa tegas, cepat, dan tepat mengambil keputusan.

Bagi prajurit TNI, perilaku safety sudah menjadi bagian dari keseharian. Karena itu, ketika ditempatkan sebagai HSE Inspector dalam program Alih Profesi di proyek-proyek yang menuntut adanya sikap kedisiplinan dan ketegasan serta penerapan safety yang excellent seperti halnya proyek-proyek konstruksi, para prajurit TNI bisa dengan cepat dan mudah beradaptasi.

Kapten TNI M Basid saat memberikan Safety Induction dalam acara River Closure bendungan Way Sekampung, Kamis (25/7/2019). (Foto/Dokumentasi Waskita Karya proyek bendungan Way Sekampung/Alip)

Mereka bahkan bisa menularkan perilaku safety, sikap disiplin, dan tegas kepada para pekerja di proyek-proyek konstruksi sebagaimana kini berlangsung di proyek-proyek konstruksi yang tengah dikerjakan PT Waskita Karya (Persero) Tbk.

Lantas, apa persamaan dan perbedaan antara safety di TNI dan perusahaan seperti halnya PT Waskita Karya?



“TNI AU dan Waskita Karya sama-sama memiliki komitmen untuk menempatkan safety sebagai hal yang utama pada semua bidang pekerjaan dan kegiatan serta menjadikan safety sebagai budaya dalam kehidupan sehari-hari. Di TNI AU secara struktural safety dibina melalui Dinas Keselamatan Terbang dan Kerja (DISLAMBANGJA), sementara di PT Waskita Karya dibina dan dikembangkan oleh Direktorat QHSE,” kata Kapten TNI M Basid, TNI HSE Inspector dari TNI AU yang ditempatkan di proyek pembangunan bendungan Way Sekampung di Pringsewu, Lampung kepada isafetymagazine.com.

Proyek bendungan Way Sekampung di Kab Pringsewu, Lampung. Gambar diambil menggunakan drone pada Agustus 2019. (Foto/dokumentasi Waskita Karya proyek bendungan Way Sekampung/Alip)

Perbedaannya? “Di TNI AU pemahaman tentang safety sudah ditanamkan sejak pendidikan pertama dan dibina secara terus-menerus di kesatuan maupun penugasan sehingga menjadi budaya bagi setiap prajurit. Sementara di perusahan seperti halnya Waskita Kartya, safety disosialisasikan oleh petugas HSE yang sudah diberikan pembekalan melalui kursus, pelatihan maupun penataran untuk selanjutnya menularkan atau memberikan induction kepada seluruh karyawan yang ada di proyek-proyek,” M Basid menjelaskan.

Menurut ayah tiga anak ini, tugas pokok (tupok) HSE TNI Inspector adalah membina dan mengawasi pelaksanaan SMK3 di proyek-proyek Waskita.

“Sedangkan dalam implementasinya, kami selaku TNI HSE Inspector mengikuti aturan yang sudah dibuat PT Waskita Karya sesuai PW (Prosedur Waskita, red) yang sudah tersusun serta arahan-arahan dari SVP QHSE setiap ada perkembangan.” .

Kapten TNI M Basid dan anak bungsunya. (Foto/Dokumentasi pribadi M Basid)

Kemitraan yang dibangun antara TNI dan PT Waskita Karya lewat program Alih Profesi kepada setiap prajurit TNI yang ditempatkan sebagai TNI HSE Inspector, sebagaimana halnya Kapten TNI M Basid, mereka dapat berperan dalam menegakkan disiplin serta aturan tentang HSE kepada para pekerja di proyek, yang sudah menjadi kebijakan PT Waskita Karya.

lihat juga berita terkini.

Kendati disiplin dan tegas, dalam hal menegakkan aturan K3 di lapangan, toh mereka tidak melakukannya secara militer. “Pendekatan di lapangan lebih diutamakan dengan memperhatikan budaya pekerja dan budaya masyarakat setempat, namun tidak keluar dari aturan yang sudah digariskan. Dalam hal ini penugasan sebelumnya di TNI AU, sangat membantu kami bekerja di lapangan,” Kapten M Basid menambahkan.

Setelah ditempatkan sebagai TNI HSE Inspector di lokasi proyek pembangunan bendungan Way Sekampung, Basid merasakan adanya perubahan dan perkembangan para pekerja di lokasi proyek dalam implementasi K3.

“Secara umum perilaku pekerja sudah menerapkan aturan K3 karena sebelum kami bertugas sudah ada personel K3 perusahaan. Namun demikian, pelaksanaannya masih membutuhkan pengawasan yang cukup ketat mengingat masih banyak pekerja, terutama para pekerja bawaan mandor (ABM), yang belum memahami secara baik pentingnya K3. Tetapi kondisi saat ini sudah jauh lebih baik karena safety sudah mulai menjadi budaya dan kebutuhan bahkan sudah mulai menular sampai ke masyarakat sekitar proyek,” katanya seraya menambahkan bahwa pembinaan sisi rohani menjadi salah satu komponen penting dalam upaya membudayakan safety selain disiplin dan patuh terhadap aturan-aturan K3.

PT Waskita Karya (Persero) Tbk saat menerima penghargaan sebagai Pembina Peserta Alih Profesi Terbaik dari Mabes TNI AD, baru-baru ini.

Di usianya yang mulai memasuki masa pensiun, Kapten TNI M Basid merasa bersyukur bisa ditempatkan sebagai TNI HSE Inspector di proyek Waskita Karya dalam program Alih Profesi TNI.

Sebagai prajurit TNI, katanya, Basid mengaku masih bisa berbakti dan mengabdi kepada bangsa dan negara.

“Sebagai prajurit, kami merasa bersyukur karena mendapatkan kesempatan langsung untuk berpartisipasi dalam pembangunan nasional dan ikut membantu menanamkan budaya safety kepada masyarakat luas utamanya pekerja proyek di mana kami ditempatkan. Ini merupakan salah satu bakti kami sebagai prajurit kepada bangsa dan negara,” pungkas Kapten TNI M Basid. (Hasanuddin)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *




Enter Captcha Here :

Back to top button