Karyawan Anna Sebastian Tewas Diduga Akibat Tekanan Kerja

Setengah dari tenaga kerja di India bekerja selama 49 jam lebih setiap minggu.

Jakarta, isafetymagazine.com – British Broadcasting Corporation (BBC) memberitakan seorang akuntan bernama Anna Sebastian Perayil (26) tewas di India pada Juli 2024 atau empat bulan setelah bekerja di Ernst & Young (EY).

Kematian ini diduga akibat perdebatannya dengan perusahaan tadi tentang budaya dan kesejahteraan kerja.

Ibu Anna Sebastian Perayil, Anita Augustine mempersoalkan ‘tekanan kerja yang luar biasa’  yang dialami anaknya saat bekerja.

Kondisi ini berdampak buruk bagi kesehatan anaknya yang berujung kematian.

Curhatannya dilakukan melalui suatu platform media sosial (medsos).

Namun, EY membantah tuduhan tersebut dengan mengatakan Anna Sebastian Perayil diberi pekerjaan seperti karyawan lainnya.

Perusahaan ini juga tidak percaya tekanan kerja dapat mengambil nyawa korban.

“Saya ingin menegaskan kesejahteraan karyawan kami adalah prioritas utama saya dan saya secara pribadi akan memperjuangkan tujuan ini,” tulis Pimpinan EY India, Rajiv Memani dalam sebuah posting di LinkedIn.

Dari kejadian tadi menunjukkan budaya kerja keras dan etos kerja untuk produktivitas perusahaan dinilai sering mengorbankan kesejahteraan karyawan.

International Labour Organization (ILO) mengungkapkan setengah dari tenaga kerja di India bekerja selama 49 jam lebih setiap minggu.

Kondisi ini menjadikan India sebagai negara kedua setelah Bhutan yang memiliki jam kerja terpanjang.

Pengamat Ketenagakerjaan, Shyam Sunder mengatakan budaya kerja India telah bergeser pasca 1990-an dengan kemunculan sektor jasa.

Hal ini berakibat perusahaan-perusahaan mengabaikan undang-undang ketenagakerjaan untuk memenuhi tuntutan bisnis.

“Bahkan di sekolah bisnis, siswa secara diam-diam diberi tahu bahwa bekerja berjam-jam untuk mendapatkan gaji tinggi adalah hal yang normal dan bahkan diinginkan,” katanya.

Guru besar sebuah sekolah bisnis di India, Chandrasekhar Sripada menganggap itu sebagai budaya kerja yang beracun sebagai masalah yang rumit.

Karena, hal ini melibatkan banyak pemangku kepentingan mulai pemimpin industri, manajer, karyawan, hingga masyarakat.

“Kita masih mengacaukan kerja keras dengan kerja produktif. Tujuan teknologi adalah untuk mengurangi pekerjaan manusia, jadi mengapa jam kerja menjadi lebih panjang?” tanyanya.

“Negara-negara Skandinavia telah menciptakan lingkungan kerja yang jauh lebih ramah, jadi ada beberapa model yang dapat ditiru India. Yang dibutuhkan hanyalah kemauan keras.”

Sebenarnya, sejumlah perusahaan telah dikritik meminta pekerja muda bekerja selama 70 jam seminggu seperti Infosys.

Kecamannya dialamatkan kepada pendiri ini adalah Narayana Murthy pada Oktober 2023.

Kritikan juga dilakukan terhadap Pendiri Bombay Shaving Company, Shantanu Deshpande yang meminta karyawan baru bekerja selama 18 jam sehari selama empat sampai lima tahun bekerja sejak 2022. (dtc/adm)

Exit mobile version