Event HSEKepemimpinanWebinars

Membangun Kesadaran dan Kecerdasan Yang Holistik Dalam Ber K3

Indonesia Berbudaya K3 Tingkat Dunia di Tahun 2020-2025

Banyak yang melihat, tapi sedikit yang mendengar. Banyak yang mendengar, sedikit yang memperhatikan. Banyak yang memperhatikan, sedikit yang mengerti. Banyak yang mengerti, tapi sedikit yang mengamalkan. Banyak yang mengamalkan, sedikit yang berbahagia. Banyak yang Berbahagia, tapi sedikit yang ikhlas. Dan banyak yang ikhlas, tapi sedikit yang tetap ikhlas ketika kesulitan dan kecelakaan menimpa hidupnya. – Kang Zein – Zlebb

 


Apakah perbedaan antara seorang yang mempunyai kesadaran dan seorang yang mempunyai kecerdasan?

Tentu saja, berbeda antara Kesadaran dan Kecerdasan. Orang yang cerdas, belum tentu sadar. Sedangkan orang sadar adalah orang yang paham dimana potensi kecerdasannya.

Seseorang yang cerdas di bidang kedokteran belum tentu sadar bahwa ia memiliki kecerdasan di bidang itu. Sehingga hidupnya tak terarah secara baik disebabkan kecerdasan yang dimilikinya tidak optimal memberdayakan diri dan kehidupannya.

Sedangkan orang yang Sadar, ia mengerti bawah dirinya memiliki atau tidak memiliki bakat di bidang kedokteran, maka kehidupannya akan semakin terarah. Ia paham dan nyaman, dimana dan bagaimana seharusnya ia menggunakan kecerdasannya.

Kesadaran itu ibarat Pimpinan, maka Kecerdasan itu ibarat Bawahan. Kesadaran itu Pelatih, Kecerdasan itu Pemain. Kesadaran itu Imam, Kecerdasan itu Makmum. Kesadaran itu Pengamat, Kecerdasan itu yang diamati.

Seseorang yang Sadar memiliki jiwa yang stabil karena ia mampu memisahkan antara dirinya dan bagian dari dirinya, antara aku dan perasaanku, antara saya dan penglihatan saya.

Seseorang yang Sadar memiliki pengamatan yang baik atas potensi dirinya, sehingga ia akan spesifik dalam berbuat dan berkata, ia tidak akan mengatakan “aku sedang sedih” karena ia tahu yang sedih bukanlah “aku” tapi “perasaanku”. Artinya hanya perasaanku yang sedih, sedangkan pikiranku, pendengaranku, keyakinanku, penglihatanku dan lain sebagainya masih normal baik-baik saja.

Oleh karena itu, seorang Leader yang Sadar harus mampu terlibat tanpa merasa melekat. Harus mampu berempati tanpa turut lelah hati, harus mampu mengayomi tanpa terbebani. Harus mampu menasehati tanpa jengkel di hati. Harus mampu tegas tanpa harus ganas. Harus mampu mengasihi, tanpa mengasihani. Harus mampu menggerakkan tanpa memaksakan.

Artinya, Kesadaran itu satu level berada di atas kecerdasan. Kenapa tingkat kecelakaan kerja masih tinggi? Ternyata bukan karena kurangnya kecerdasan untuk melaksanakan K3, bahkan justru semakin banyak karyawan yang paham tentang keilmuan K3, tetapi hal ini terjadi dikarenakan kurangnya Kesadaran dalam menjalankan K3.

Kenapa Kesadarannya masih kurang?

Karena kesadarannya kurang dilatih, melainkan diletih. Kurang dibina, melainkan dihina. Kalau Kecerdasan itu hadir dari luar ke dalam jiwa, maka Kesadaran itu justru lahir dari dalam jiwa menuju ke luar. Kesadaran itu adalah motivasi dari dalam jiwa, sedangkan kecerdasan itu motivasi dari luar.

Kesadaran itu ibarat antibodi tubuh, sedangkan Kecerdasan itu ibarat protein dan vitamin dari luar untuk tubuh. Kesadaran itu Lahir, sedangkan Kecerdasan itu Hadir.

Kesadaran akan sulit lahir melalui proses training dan teaching, tapi kesadaran akan lebih mudah lahir melalui proses Coaching.

Hari ini Coaching tentang K3 belum terlalu optimal didirikan di setiap industri atau perusahaan non industri. Padahal motivasi paling nikmat itu karena dimotori oleh kesadaran, bukan karena disuruh, diperintah, apalagi sambil marah-marah.

Mengapa Kecelakaan Sering Terjadi?

Kecelakaan Kerja seringkali terjadi karena Leadernya tidak sadar bahwa banyak para pekerja yang belum sadar. Leadernya tidak sadar bagaimana caranya agar para pekerjanya memiliki kemandirian alias kesadaran diri. Dan seorang Leader tidak bisa menularkan kesadaran kepada bawahannya manakala ia sendiri belum sadar. Padahal kesadaran yang baik akan cepat menular kepada orang-orang di sekitarnya.

Kecerdasan itu harus ditransfer melalui ilmu. Sedangkan kesadaran bisa ditransfer atau ditularkan melalui energi batin plus suri tauladan. Itu sebabnya kesadaran itu lebih cepat menular dibandingkan Kecerdasan, sebab transfer kecerdasan harus dengan penjelasan keilmuan yang memadai.

Itu mengapa, seorang Leader harus memiliki Kesadaran ber K3 yang tinggi, supaya bisa menularkan kesadarannya kepada para bawahannya secara efektif.

Jadi, sekarang apa yang dimaksud dengan Kesadaran yang Holistik? Mari kita temukan jawabannya pada Webinar Nasional K3 tema HSLC (Holistic Safety Leadership Coaching) in syaa Allaah tanggal 7 April 2020.

Salam K3

Kang Zain
Pemateri ke-2 HSLC
Dirut PT JLEBB Inti Karakter

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *




Enter Captcha Here :

Back to top button