Penerapan K3 di Destinasi Wisata Tunjang Kepercayaan Pelancong

Penyediaan alat pelindung diri (APD) juga harus dipastikan tersedia di destinasi wisata alam.

Yogyakarta, isafetymagazine.com –
Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi (Disnakertrans) Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) meminta pengelola industri pariwisata di provinsi ini membangun budaya kesehatan dan keselamatan kerja (K3).

Kepala Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi (Disnakertrans) Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) Aria Nugrahadi mengemukakan K3 merupakan aspek krusial dalam menjaga kepercayaan wisatawan.

“Jangan sampai terjadi sesuatu yang ketika perusahaan berinvestasi sedemikian besar kemudian itu akan mengganggu kepercayaan yang sifatnya trust (kepercayaan) dan nama baik,” katanya.

Pernyataan ini disampaikannya dalam Webinar Nasional bertajuk ‘Mewujudkan Pariwisata yang Aman Melalui Implementas K3 yang Efektif’di Sekolah Vokasi UGM, Sleman, DIY pada Sabtu (14/12/2024).

Untuk menarik pengunjung, menurut Aria,

Pengelola destinasi wisata bisa menjual sensasi yang berhubungan dengan potensi lokasi dan sarana.

“Sifatnya mempunyai tantangan terhadap alam. Kalau aman itu kan datar saja begitu ya. Pariwisata itu daya tariknya biasanya beririsan dengan potensi risiko,” ujarnya.

Dengan begitu Aria Nugrahadi mengimbau pengelola bisnis pariwisata seperti perhotelan, restoran, dan destinasi wisata minat khusus di DIY mampu mengutamakan penerapan K3.

Bahkan, para pengelolanya harus mampu melakukan upaya menekan terjadinya kecelakaan kerja.

Penyediaan alat pelindung diri (APD) juga harus dipastikan tersedia di destinasi wisata alam seperti jeep ofroad, outbound, dan flying fox.

Selain itu penerapan K3 antara lain dengan membuat perencanaan evakuasi serta mitigasi bencana dengan melibatkan konsultan pariwisata atau konsultan K3 berpengalaman.

Untuk mendesain bangunan wisata yang laik fungsi dengan mengutamakan aspek keamanan, kesehatan, kenyamanan dan kemudahan.

“Membentuk SOP (prosedur operasional standar) jika sewaktu-waktu terjadi kecelakaan atau bencana serta mengusahakan agar tempat wisata atau jasa wisata yang ditawarkan sudah tersertifikasi ‘CHSE’ (standar kebersihan, kesehatan, keamanan, dan keberlanjutan lingkungan),” ujarnya.

Ketua Departemen Layanan dan Informasi Kesehatan Sekolah Vokasi UGM, Nur Rokhman menambahkan DIY merupakan kota wisata sehingga pemerintah daerah dan pengelola wisata harus mampu menjamin aspek K3.

UGM telah membuka Program Studi Magister Terapan Keselamatan dan Kesehatan Kerja.

“(K3) tidak hanya terkait dengan keamanan di industri tapi juga hari ini kita lihat K3 penting diterapkan di pariwisata,” tuturnya. (ant/adm)

Exit mobile version