Ruman Kokoh, Rumah Aman Dengan Holcim
SEMEN adalah salah satu material utama dalam industri properti. Seiring dengan pembangunan ekonomi yang mulai dijalankan pemerintah, akhir dekade 1970 adalah awal dari berakhirnya era rumah kayu di Indonesia, yang kemudian digantikan rumah tembok. Tumbuhnya perumahan dengan konstruksi dan dinding tembok, memicu tumbuhnya industri komponen bangunan. Salah satunya adalah semen. Pada periode yang sama, sektor perumahan pun berkembang dengan pesat, baik yang dibangun secara massal maupun perorangan.
Hanya saja waktu itu, semen sebagai material baru dalam pembangunan properti, khususnya perumahan, harganya cukup ‘mahal’ bila dibandingkan material yang digunakan sebelumnya sebagai perekat tembok, yaitu kapur. Sehingga, penggunaan atau dosis semen dalam satu komposisi material tembok bisa berbeda-beda. Padahal, ‘adonan’ material (pasir, semen, dan air) akan menghasilkan kekuatan tembok yang optimal bila komposisinya benar.
Marketing Director PT. Holcim Indonesia Tbk., Dhamayanti Suhita menjelaskan, untuk mengetahui komposisi yang tepat dalam penggunaan semen, pada kantong kemasan semen, tercantum cara penggunaan produk dengan baik.
“Sebaiknya petunjuk itu dibaca sebelum pemakaian. Sehingga dapat mencegah kesalahan dalam takaran. Tentunya jika komposisi yang dicampurkan tidak tepat, pastinya bisa menyebabkan semen terlalu cepat atau lama kering. Jika tingkat kepadatan dari partikel semen tidak sesuai dengan yang diharapkan bisa mengakibatkan retak rambut pada bangunan,” kata Dhamayanti.
Diakui Dhamayanti, masyarakat Indonesia, terutama di lapisan bawah, membaca petunjuk produk belum menjadi bagian dari budaya. Padahal petunjuk penggunaan produk sangat penting, selain untuk mendapatkan manfaat yang optimah dari produk yang akan digunakan, juga untuk menghindari pemakaian produk yang tidak benar, sehingga berpotensi menimbulkan risiko bagi penggunanya.
Ia menambahkan, setiap bangunan memiliki peruntukan sesuai dengan fungsinya. Misalnya, gedung tinggi lebih membutuhkan struktur dan pondasi beton yang lebih kuat, sementara perumahan (landed housing) membutuhkan bahan bangunan dengan kualitas untuk memastikan daya tahan misalnya menghindari retak rambut dinding dan dampak perubahan cuaca.
Dengan demikian, karena setiap jenis bangunan memiliki struktur dan fungsi yang berbeda, maka setiap jenis bangunan membutuhkan karakteristik atau jenis semen yang berbeda pula. Terdapat dua jenis semen, yaitu Semen Portland, Portland Composite Cement(PCC), Super Portland Pozzolan Composite Cement (SPPCC), Super Masonry Cement (SMC), Oil Well Cement (OWC) Class G-HSR (High Sulfate Resistance), dan semen putih.
“Semen yang diperuntukan untuk perumahan adalah jenis Portland. Sedangkan Semen untuk membuat campuran beton (PCC) ada berbagai tipe semen yang digunakan untuk konstruksi beton, pengeboran di dalam laut, pembangunan jembatan, pembangunan jalan raya, pembangunan konstruksi bawah tanah dan air.”
Dhamayanti menerangkan, keunggulan produk semen yang dihasilkan Holcim dibanding brand-band lainnya yang beredar di pasar Indonesia, adalah kandungan butiran S-Particle. Butiran super ini mampu mengikat material lain, pasir dan kerikil, secara sempurna. Ketika digunakan butiran S-Particle akan mengisi pori-pori tembok, sehingga hasil aplikasi dinding menjadi lebih rapat, hasilnya permukaan dinding menjadi lebih halus.
“Butiran ini bereaksi optimal dengan air, sehingga adonan semen menjadi lebih ‘pulen’ dan waktu kering yang pas, pekerjaan lebih mudah dan cepat selesai. Tentu saja ini menjadi salah satu keunggulan dari produk kami,” paparnya.
Tingkat kekuatan bangunan sangat tergantung pada kualitas semen dan komposisi penggunaan yang tepat. Namun demikian, kata Dhamayanti, kekuatan satu bangunan juga ditentukan oleh kesesuaian antara jenis dan fungsi bangunan dengan lahan tempat bangunan itu didirikan. Karenanya, ia menyarankan, sebelum melakukan pembangunan di suatu daerah, perlu dilakukan survey lokasi dan uji laboratorium terlebih dahulu untuk memastikan bahwa kandungan material yang ada dapat menunjang kebutuhan pembangunan. Untuk mendukung kebutuhan ini, Holcim memiliki layanan yang bernama Mobile Lab yang dapat melakukan survey serta pengujian material secara langsung di lokasi proyek, tanpa harus mengirimkan sample proyek ke laboratorium sehingga dapat mempercepat proses survey.