Jakarta, isafetymagazine.com – Safety Sign Indonesia mengemukakan setiap satu dollar Amerika Serikat (AS) yang dibelanjakan perusahaan di Jepang untuk program Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) akan menghemat pengeluaran perusahaan sebesar tiga dollar AS.
“Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa pengorbanan biaya yang dikeluarkan perusahaan untuk menerapkan K3 di tempat kerja, justru bisa menghemat pengeluaran di kemudian hari,” tulisnya dalam situs resmi perusahaan tersebut pada Selasa (26/9/2023).
Dengan penerapan program K3 yang maksimal, angka kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja (PAK) dapat diminimalkan. Jadi, biaya kerugian atas dua hal tersebut dapat pula dikurangi.
“Sayangnya di Indonesia, mayoritas manajemen masih menganggap K3 hanya sebagai biaya dan beban, sehingga banyak ketentuan K3 yang tidak dipersiapkan dan disediakan di tempat kerja,” ujarnya.
Sebagian perusahaan berpandangan, ujar Safety Sign Indonesia, K3 hanya menguntungkan pekerja saja. Pandangan keliru ini dinilai sebagai bentuk pengabaian K3 yang dilakukan perusahaan.
“Maka tak heran jika kasus kecelakaan kerja masih tinggi dan terus meningkat setiap tahunnya,” ujarnya.
Dengan begitu anggapan manajemen perusahaan terkait program K3 yang memangkas bujet atau merupakan pemborosan dinilai sangat keliru. Anggapan salah kaprah tersebut memang sering terjadi di Indonesia.
“Manajemen selalu menganggap bahwa program K3 itu melulu sebagai ‘ongkos’,” tuturnya
Safety Sign Indonesia mengemukakan perhitungan biaya kerugian akibat kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja sering dilakukan perusahaan.
Artinya, manajemen hanya menghitung biaya yang terlihat di permukaan saja dan tidak menyeluruh.
“Misalnya, manajemen hanya melihat kerugian berupa biaya pengobatan pekerja, padahal dibalik itu produktivitas kerja juga bisa mengalami penurunan, yang imbasnya menyerang finansial perusahaan,” ujarnya.
Pandangan keliru ini menjadikan penerapan K3 di perusahaan hanya sebagai formalitas, tapi perusahaan tidak sadar biaya yang timbul akibat masalah K3 justru bisa lebih banyak.
Para ahli K3 sering menggambarkan biaya akibat kecelakaan kerja dan PAK sebagai gunung es, yang terlihat hanya sebagian kecil dari akibat yang sebenarnya.
“Biaya kerugian yang dapat terlihat langsung, misalnya biaya pengobatan, biaya santunan untuk pekerja, hingga biaya perbaikan atas fasilitas yang mengalami kerusakan, sedangkan, dibalik itu sebenarnya ada kerugian yang jauh lebih besar,” tuturnya.
Kehilangan Waktu Kerja
Kerugian yang dimaksud Safety Sign Indonesia adalah kehilangan waktu produksi karena pekerja mengalami kecelakaan kerja dan pemeriksaan penyebab kecelakaan kerja.
Kemudian, penurunan produktivitas atau efisiensi kerja karena pekerja belum pulih akibat kecelakaan yang menimpa dirinya.
Selanjutnya, peningkatan persentase produk cacat akibat penurunan produktivitas kerja. Lalum kerugian waktu selama mesin atau peralatan tidak dapat dipergunakan.
Selain itu biaya perbaikan dan penanggulangan terkait penyebab kecelakaan kerja. Hal lainnya peningkatan biaya premi asuransi untuk para pekerja. Begitupula penurunan volume produksi an kerugian ekonomi pada keluarga korban kecelakaan kerja.
Tidak ketinggalan efek psikologis bagi korban kecelakaan kerja atau bagi rekan-rekan kerjanya, dapat berpengaruh pada kecepatan kerja. Terakhir, reputasi perusahaan tercemar sehingga berpotensi mengganggu kelancaran bisnis,
“Dari poin di atas dapat disimpulkan bahwa kenyataannya biaya akibat timbulnya masalah K3 kemungkinan bisa lebih besar dibanding dengan pengeluaran dalam penerapan program K3,” ucapnya.
Melihat banyak perusahaan yang memandang upaya peningkatan K3 hanya dari segi biaya diminta melihat permasalahan ini secara holistic.
Artinya manajemen jangan hanya memperhitungkan cost, melainkan juga manfaat berupa penghematan-penghematan yang diperoleh dari upaya peningkatan K3.
“Kerugian yang jauh lebih besar pun dapat diminimalkan, karena penerapan K3 yang maksimal,” ucapnya.
Safety Sign Indonesia mengemukakan penerapan rekayasa sistem kerja dan ergonomi sebagai upaya peningkatan K3 rendah biaya.
Rekayasa Sistem Kerja
Manusia memiliki batasan dalam bekerja yakni fisik dan mental, sehingga sistem kerja harus didesain secara baik guna menunjang produktivitas kerja.
“Rekayasa sistem kerja dan ergonomi merupakan solusi tepat untuk meningkatkan produktivitas kerja dan K3 yang rendah biaya, minim teknologi, namun memiliki tingkat efektivitas yang tinggi,” ucapnya.
Rekayasa sistem kerja dan ergonomi meliputi analisis beban kerja, pengukuran produktivitas kerja, ergonomi industri, dan standarisasi sistem kerja.
Dengan memperbaiki sistem kerja dan ergonomi yang sudah ada, perusahaan pun tidak hanya menghemat, namun juga bisa menerima output yang diinginkan dan peningkatan finansial.
Penerapan K3 secara seimbang, ujar Safety Sign Indonesia, sering luput dari perhatian mayoritas perusahaan. Padahal keduanya saling-memengaruhi.
“Keselamatan kerja akan pincang bila tidak ada kesehatan kerja, begitu juga sebaliknya. Percuma bila penerapan keselamatan kerja sudah maksimal, tapi kesehatan kerja masih terabaikan,” ujarnya. (adm)