FeaturedRegional News

Tol Bocimi Seksi 2 Terkendala Iklim & Pembebasan Lahan

SUKABUMI, isafetymagz.com – Pembangunan konstruksi jalan tol Bocimi (Bogor – Ciawi – Sukabumi) seksi 2 yang menghubungkan Cigombong – Cibadak dan membentang sejauh 15,3 km, hingga kini masih belum bisa dilaksanakan. Kendalanya, pembebasan lahan yang hingga kini belum rampung dan faktor alam berupa cuaca, jenis tanah, plus kondisi geografis (kontur tanah).

Aneka kendala yang menghadang itu diungkap Project Manager (PM) Jalan Tol Bocimi Seksi 2 dari PT Waskita Karya (Persero) Tbk Priadie Yogantyarha Ferie.

PM Tol Bocimi Seksi 2 Priadie Yogantyarha Ferrie. (Foto:isafetymagz.com/hasanuddin)

“Kalau saya bilang, kondisi Tol Bocimi cukup unik. Berbeda dengan tol-tol lainnya. Di sini setiap hari hujan. Ramalan atau prediksi cuaca sama sekali tidak berlaku di sini. Diprediksi panas, malah hujan. Tingkat kelembaban udaranya tinggi, sama dengan Bogor,” kata pria yang akrab disapa Ferie ini ketika ditemui isafetymagz.com di kantor proyek Tol Bocimi 2 di Desa Purwasari, Kecamatan Cicurug, Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat, Sabtu (23/3/2019) pagi.

Hujan membuat tanah menjadi basah dan berlumpur. Di beberapa tempat malah terjadi kubangan air sehingga menyulitkan untuk beberapa jenis pekerjaan konstruksi. Kondisi tanahnya pun dinilai Ferie, tak mendukung bagi pengerjaan konstruksi.

“Jenis tanahnya berbeda. Jika basah terguyur hujan, tanah akan menjadi keras dan malah ada juga yang kemudian menjadi sangat keras. Jika kering atau kandungan air di dalam lapisan tanah tersebut kurang, maka tanahnya akan hancur sehingga bisa labil. Saya lupa nama jenis tanahnya. Kondisi tanah demikian, cocok untuk tanaman singkong. Makanya singkong di daerah sini, rasanya lebih enak dibanding singkong dari daerah lainnya di Indonesia,” kata Ferie yang biasa disapa sebagai Ka Pro alias Kepala Proyek ini.

Lokasi proyek pembangunan jalan tol Bocimi 2 yang merupakan kawasan perbukitan. (Foto:isafetymagz.com/hasanuddin)

Repotnya, kata ayah dua anak ini, lapisan tanah yang berada di setiap STA di area proyek Tol Bocimi Seksi 2, berbeda-beda. Pihaknya mengaku sudah meminta bantuan para ahli dari IPB, tapi hingga sekarang hasilnya belum begitu menggembirakan.

Selain faktor cuaca yang setiap hari hujan dan kondisi tanah yang memiliki jenis berbeda dibanding area tol lain, kondisi geografis area Tol Bocimi yang didominasi kawasan perbukitan menjadi faktor lain yang menjadi kendala.

“Kondisi ini mengharuskan kami untuk terus melakukan improvisasi dan inovasi, baik secara metode kerja maupun secara laboratorium. Khusus untuk jembatan utama atau underpass maupun overpass, dengan kondisi tanah demikian, kami kemudian melakukan inovasi atau perubahan-perubahan dari metode kerja yang biasa digunakan di Waskita untuk proyek konstruksi jembatan,” Ferie menambahkan.

Terkait kondisi alam tadi, pihaknya membutuhkan laboratorium khusus yang nantinmya akan meneliti dan mengkaji lapis demi lapis tanah di setiap STA. “Apakah lapisan tanah itu layak untuk dijadikan jalan tol atau tidak. Jika layak, lalu metoda kerja dan teknologi seperti apa yang akan digunakan,” Ferie menambahkan.

Menurut Ferie yang sebelumnya mengomandani pembangunan proyek jalan tol Bocimi Seksi 1 (Ciawi-Cigombong) dan sudah dioperasikan sejak Desember 2018, laboratorium khusus itu kini sedang dibangun di area kantor proyek Tol Bocimi Seksi 2 di Desa Purwasari, Cicurug, Kab Sukabumi dan diharapkan bisa rampung April mendatang.

Terkait laboratorium khusus dimaksud Ferie, Direktur QHSE PT Waskita Karya (Persero) Tbk Wahyu Utama Putra mengatakan bahwa laboratorium yang kini sedang dibangun di site office Tol Bocimi Seksi 2 itu merupakan pilot project dari Divisi VII, divisi di Waskita Karya yang bertanggung jawab atas sejumlah proyek infrastruktur, termasuk jalan tol Bocimi.

Direktur QHSE Wahyu Utama Putra (paling kiri) tengah memberikan penjelasan kepada PM Tol Bocimi Seksi 2 Priadie Yogantyarha Ferrie (tengah) disaksikan VP Divisi VII Sugiharto di area proyek Tol Bocimi 2 di Ds Purwasari, Kec Cicurug, Kab Sukabumi, Jabar, Sabtu (23/3/2019). (Foto:isafetymagz.com/hasanuddin)

“Manajemen mensupport sepenuhnya rencana pendirian laboratorium yang merupakan gagasan Pak Heri itu (Heri Supriyadi, Kadiv VII Waskita Karya, red). Apabila kemudian laboratorium khusus itu menghasilkan kajian-kajian dan analisa-analisa yang sangat dibutuhkan di seluruh proyek konstruksi jalan di Waskita, maka laboratorium itu akan kita kembangkan secara corporate dan akan kita bangun di seluruh proyek serupa,” kata Wahyu di lokasi sama.

Ferie melanjutkan, di luar faktor alam yang telah dia sebutkan tadi, kendala terbesar belum terlaksananya pembangunan konstruksi Tol Bocimi Seksi 2 adalah pembebasan lahan yang hingga kini belum juga selesai.

“Proses pembebasan lalan belum selesai 100%. Baru sekitar 70% lahan yang sudah dibebaskan. Masih banyak spot lahan yang belum dibebaskan. Ini adalah kendala terbesar kami,” kata Ferie yang mengaku berperan sebagai engineering dalam proyek pembangunan jembatan gantung Pasopati yang fenomenal di kota Bandung.

Jalan Tol Bocimi yang akan dibangun, membentang sepanjang 54 km. Membelah kawasan perbukitan yang berada dalam apitan Gunung Salak di kota Bogor dan Gunung Gede-Pangrango di kota Cianjur dan Sukabumi.

Tol Bocimi Seksi 1 (Ciawi-Cigombong) yang sudah dioperasikan pada Desember 2018.

Tol yang dikelola PT Waskita Toll Road (WTR), salah satu anak usaha Waskita Karya, itu dibangun dalam empat tahap (seksi). Seksi 1 Ciawi – Cigombong sepanjang 15,3 km (sudah diresmikan Presiden Jokowi pada 1 Desember 2018 dan kini sudah dioperasikan),

Seksi 2 Cigombong – Cibadak sepanjang 12,6 km, Seksi 3 Cibadak – kota Sukabumi barat sepanjang 13,7 km), dan Seksi 4 Sukabumi barat – Sukabumi timur sepanjang 13 km. Tol Bocimi yang pembangunannya dimulai tahun 2016, ditargetkan selesai pada pertengahan 2021. (Hasanuddin)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *




Enter Captcha Here :

Back to top button