Bahasa teknis memegang peran penting dalam memastikan keselamatan kerja di sektor konstruksi. Dengan menggunakan bahasa teknis yang jelas dan dapat dipahami oleh seluruh pekerja, risiko kecelakaan dapat diminimalkan, sementara efisiensi kerja dapat ditingkatkan. Meskipun terdapat berbagai tantangan dalam penerapannya, strategi seperti pelatihan rutin, penggunaan media visual, penyusunan glosarium, dan pendekatan multibahasa dapat membantu mengatasi kendala tersebut. Selain memenuhi persyaratan regulasi, komunikasi yang efektif melalui bahasa teknis yang tepat juga berkontribusi terhadap terciptanya budaya keselamatan yang kuat di lingkungan kerja.
Pentingnya Bahasa Teknis dalam K3
Bahasa teknis mencakup terminologi khusus yang digunakan untuk menjelaskan prosedur, alat, dan standar keselamatan di lokasi konstruksi. Istilah-istilah ini tidak hanya digunakan dalam dokumen resmi dan pelatihan, tetapi juga dalam komunikasi sehari-hari di lapangan. Oleh karena itu, penggunaan bahasa teknis yang konsisten dan dapat dipahami oleh semua pihak sangat penting untuk memastikan bahwa setiap pekerja dapat menjalankan tugasnya dengan aman.
Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2024, sektor konstruksi menyumbang sekitar 18% dari total kecelakaan kerja di Indonesia. Salah satu faktor utama penyebab kecelakaan tersebut adalah kesalahan komunikasi, termasuk penggunaan istilah teknis yang tidak dipahami dengan baik oleh pekerja.
Penggunaan bahasa teknis yang tepat juga dapat mengurangi kesalahan kerja yang disebabkan oleh kesalahpahaman. Sebagai contoh, kecelakaan dalam sebuah proyek konstruksi di Jakarta pada tahun 2023 terjadi karena pekerja salah memahami instruksi terkait penggunaan alat berat. Komunikasi yang tidak jelas menyebabkan kesalahan penggunaan crane, yang berujung pada jatuhnya material konstruksi dan melukai beberapa pekerja.
Tantangan dalam Penggunaan Bahasa Teknis
Salah satu tantangan utama adalah beragamnya latar belakang pendidikan pekerja. Berdasarkan laporan Kementerian Ketenagakerjaan tahun 2024, sekitar 40% pekerja konstruksi di Indonesia hanya memiliki pendidikan setingkat sekolah menengah pertama (SMP) atau di bawahnya. Tingkat pendidikan yang rendah ini sering kali menjadi hambatan dalam memahami istilah teknis yang kompleks.
Perbedaan bahasa dan budaya juga menjadi kendala. Di proyek-proyek besar yang melibatkan pekerja dari berbagai daerah, perbedaan bahasa daerah dapat memengaruhi pemahaman terhadap istilah teknis yang digunakan. Sebagai contoh, dalam proyek pembangunan jalan tol di Sumatra, ditemukan bahwa sebagian pekerja lokal kesulitan memahami istilah “scaffolding” dan “harness,” sehingga memerlukan penjelasan tambahan. Hal ini menunjukkan perlunya pelatihan berkelanjutan untuk meningkatkan literasi bahasa teknis di kalangan pekerja.
Strategi Mengoptimalkan Penggunaan Bahasa Teknis dalam K3
- Pelatihan dan Edukasi
Menyelenggarakan pelatihan rutin untuk memahami istilah teknis dan penerapannya dalam prosedur K3 sehari-hari. Materi pelatihan disesuaikan dengan tingkat pendidikan dan pengalaman pekerja. Pelatihan juga dilakukan dengan bahasa yang mudah dipahami oleh pekerja dengan latar belakang pendidikan yang beragam. - Penggunaan Media Visual
Poster, diagram, dan video tutorial dapat menjelaskan istilah teknis dan prosedur keselamatan dengan cara yang lebih mudah dipahami. Media visual ini ditempatkan di area kerja strategis agar pekerja dapat melihatnya setiap saat. - Penyusunan Glosarium Istilah Teknis
Glosarium ini berisi daftar istilah teknis beserta definisinya yang dapat diakses oleh seluruh pekerja. Agar lebih efektif, glosarium ini dapat diterjemahkan ke dalam beberapa bahasa daerah yang umum digunakan di lokasi kerja. - Pendekatan Multibahasa
Menggunakan beberapa bahasa dalam penyampaian informasi K3, terutama jika proyek melibatkan pekerja asing atau dari berbagai daerah, dapat memastikan bahwa semua pekerja memahami instruksi dengan benar. - Evaluasi dan Umpan Balik Berkala
Melakukan evaluasi dan meminta umpan balik dari pekerja untuk mengetahui efektivitas strategi komunikasi yang diterapkan dan mengidentifikasi kendala yang masih dihadapi.
Regulasi Terkait K3 di Indonesia
Penerapan bahasa teknis yang efektif dalam komunikasi K3 sejalan dengan berbagai regulasi yang berlaku di Indonesia:
- Undang-Undang No. 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja mewajibkan setiap perusahaan untuk memastikan keselamatan dan kesehatan pekerjanya.
- Peraturan Menteri Tenaga Kerja No. Per-01/Men/1980 mengatur standar keselamatan khusus untuk sektor konstruksi.
Dengan menerapkan strategi yang tepat, tantangan dalam penggunaan bahasa teknis di sektor konstruksi dapat diatasi, sehingga tercipta lingkungan kerja yang lebih aman, efisien, dan produktif. – Kevin Erik Raditya Hadi