Integrasi antara Environmental, Social, and Governance (ESG) dengan keselamatan kerja menjadi semakin penting dalam praktik bisnis modern. Pendekatan ini tidak hanya memastikan keberlanjutan operasional perusahaan, tetapi juga meningkatkan kesejahteraan karyawan serta reputasi perusahaan di mata publik.
Pentingnya Integrasi ESG dan Keselamatan Kerja
Menggabungkan prinsip-prinsip ESG dengan praktik keselamatan kerja menawarkan berbagai manfaat, antara lain:
1. Kepatuhan terhadap Regulasi
Banyak negara, termasuk Indonesia, telah menetapkan peraturan yang mendorong praktik bisnis berkelanjutan dan aman. Misalnya, Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup mengatur kewajiban perusahaan dalam menjaga kelestarian lingkungan.
2. Reputasi dan Kepercayaan Publik
Perusahaan yang menunjukkan komitmen terhadap lingkungan, sosial, dan keselamatan kerja cenderung mendapatkan kepercayaan lebih dari masyarakat dan investor. Hal ini dapat meningkatkan citra perusahaan serta menarik lebih banyak peluang bisnis.
3. Efisiensi Operasional
Dengan menerapkan praktik ESG dan keselamatan kerja yang baik, perusahaan dapat mengurangi risiko kecelakaan, meningkatkan efisiensi, dan mengurangi biaya operasional dalam jangka panjang.
Data Statistik Integrasi ESG dan Keselamatan Kerja di Indonesia
Berdasarkan publikasi Indikator Tujuan Pembangunan Berkelanjutan Indonesia 2023 oleh Badan Pusat Statistik (BPS), Indonesia terus berupaya mencapai Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (TPB/SDGs) yang mencakup aspek lingkungan, sosial, dan ekonomi. Publikasi ini menyajikan data indikator TPB/SDGs sebagai potret perkembangan capaian di Indonesia.
Selain itu, data dari BPS menunjukkan bahwa pada tahun 2022 terdapat 139.258 kasus kecelakaan dengan 28.131 korban meninggal dunia. Data ini menekankan pentingnya implementasi praktik keselamatan kerja yang efektif sebagai bagian dari inisiatif ESG untuk mengurangi angka kecelakaan serta meningkatkan kesejahteraan pekerja.
Implementasi Sistem Akuntansi Lingkungan dan Ekonomi (SEEA) juga menjadi perhatian pemerintah. SEEA menyediakan informasi terkait isu kebijakan seperti beyond GDP, Green Economy, dan Green Growth yang semuanya berada dalam payung pembangunan berkelanjutan. Indikator yang diturunkan dari SEEA dapat menjawab pertanyaan mengenai manfaat penggunaan sumber daya alam, dampaknya terhadap lingkungan serta sektor ekonomi lain, dan dampak deplesi sumber daya alam terhadap pendapatan nasional.
Regulasi Terkait ESG dan Keselamatan Kerja di Indonesia
Di Indonesia, terdapat beberapa regulasi yang mendorong integrasi ESG dan keselamatan kerja, antara lain:
- Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup
Undang-undang ini mengatur kewajiban perusahaan dalam menjaga kelestarian lingkungan. Pasal 1 Ayat (2) menekankan pentingnya pembangunan berkelanjutan dengan memperhatikan keseimbangan antara ekonomi, sosial, dan lingkungan. - Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor 51/POJK.03/2017 tentang Penerapan Keuangan Berkelanjutan
Peraturan ini mewajibkan lembaga jasa keuangan dan emiten untuk menerapkan prinsip ESG dalam operasionalnya. Pasal 2 menyebutkan bahwa perusahaan harus memasukkan aspek lingkungan dan sosial dalam pengambilan keputusan bisnis. - Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja
Undang-undang ini mengatur kewajiban perusahaan dalam memastikan keselamatan kerja bagi karyawan. Pasal 3 menyebutkan bahwa pengusaha wajib mengambil langkah-langkah pencegahan kecelakaan kerja yang juga mencakup aspek ESG dalam penerapan teknologi serta prosedur kerja yang aman.
Tantangan dalam Implementasi ESG dan Keselamatan Kerja
Meskipun manfaatnya jelas, perusahaan sering menghadapi tantangan dalam mengintegrasikan ESG dan keselamatan kerja, seperti:
- Kurangnya Pemahaman dan Kesadaran
Tidak semua perusahaan memahami pentingnya ESG dan keselamatan kerja, sehingga implementasinya belum optimal. - Biaya Awal yang Tinggi
Investasi awal untuk menerapkan praktik berkelanjutan dan aman dapat menjadi hambatan bagi beberapa perusahaan, terutama usaha kecil dan menengah (UKM). - Keterbatasan Sumber Daya
Kurangnya tenaga ahli dan sumber daya lain untuk mengelola serta mengawasi implementasi ESG dan keselamatan kerja.
Solusi untuk Mengatasi Tantangan
1. Edukasi dan Pelatihan
Diperlukan edukasi dan pelatihan bagi manajemen dan pekerja agar lebih memahami pentingnya ESG dan keselamatan kerja. Pemerintah serta asosiasi industri dapat mengadakan seminar dan lokakarya untuk meningkatkan kesadaran.
2. Insentif dan Dukungan Keuangan
Pemerintah dapat memberikan insentif atau subsidi bagi perusahaan yang berkomitmen menerapkan ESG dan keselamatan kerja. Selain itu, perusahaan dapat memanfaatkan teknologi yang lebih efisien untuk menekan biaya implementasi.
3. Kemitraan dengan Lembaga Pendidikan dan Penggunaan Teknologi
Perusahaan dapat menjalin kerja sama dengan universitas serta lembaga pelatihan untuk mencetak tenaga ahli di bidang ESG dan keselamatan kerja. Selain itu, teknologi digital seperti sistem pemantauan otomatis dapat membantu mengurangi ketergantungan pada tenaga manusia.
Integrasi ESG dan keselamatan kerja bukan lagi pilihan, melainkan kebutuhan bagi perusahaan yang ingin bertahan dan berkembang di era modern. Dengan mematuhi regulasi yang ada serta berkomitmen pada praktik berkelanjutan dan keselamatan kerja, perusahaan dapat mencapai kinerja yang lebih baik, reputasi yang solid, dan kontribusi positif bagi masyarakat serta lingkungan. Melalui edukasi, insentif, dan inovasi teknologi, tantangan dalam implementasi ESG dan keselamatan kerja dapat diatasi secara efektif. – Kevin Erick Raditya Hadi
Source pic : JPT – SPE