Jakarta, isafetymagazine.com – Occupational Safety and Health Administration (OSHA) mencatat sebanyak 18 kematian di tempat kerja akibat heat exhaustion dan heat stroke pada 2018 atau naik 5 kematian dibandingkan 2017 dari 13 kematian.
“Untuk alasan ini, tekanan panas dan serangan panas harus dinilai dan dikendalikan dengan cara yang sama seriusnya dengan bahaya kritis lainnya, seperti jatuh atau tertabrak oleh peralatan,” kata Penulis HSSE World, Khaled Ismail dalam laman resminya, Jumat (18/8/2023).
Kondisi panas di tempat kerja terutama di lapangan tidak dapat dikontrol oleh perusahaan dan pekerja. Kondisi ini sering hanya diatasi dengan tindakan administratif dan pemakaian alat pelindung diri (APD).
“Handuk pendingin adalah APD khusus untuk pekerjaan cuaca panas yang dirancang untuk membantu pekerja mengatur suhu tubuh mereka ke tingkat yang nyaman sehingga mereka dapat bekerja lebih lama tanpa mengalami efek tekanan panas,” ujarnya.
Khaled Ismail mengakui penggunaan handuk pendingin dinilai sebagian orang sebagai sesuatu yang aneh lantaran tidak memberikan perlindungan fisik yang substansial. Namun, pemakaian handuk sangat masuk akal untuk menghadapi tekanan panas.
“Leher dan bahu kita tidak hanya terkena sinar matahari secara langsung dan secara implisit menjadi hangat, tetapi mereka juga merupakan otot besar yang menghasilkan panas dalam jumlah besar yang perlu dibuang agar tubuh kita tetap dingin dan tidak kepanasan,” tuturnya.
Apalagi, handuk pendingin tidak hanya dikenakan di atas bahu, tapi dapat diletakkan di atas kepala atau bagian tubuh lain yang membutuhkan kesejukan.
Handuk pendingin sebagai APD tidak berbeda dengan yang digunakan oleh pelari, pengendara sepeda motor, atau pejalan kaki. Benda ini bekerja melalui pendinginan evaporative untuk membasuh keringat dan mengarahkan panas dari tubuh.
“Handuk direndam dalam air dingin lalu ditekan hingga basah, tetapi tidak menetes. Handuk basah tidak hanya terasa menyenangkan karena sejuk, tetapi perbedaan suhu antara tubuh pengguna dan handuk akan membantu memindahkan panas dari tubuh ke handuk. Panas kemudian hilang melalui penguapan, memberikan efek pendinginan,” tuturnya.
Efek pendinginan lebih kuat di lingkungan dengan kelembaban rendah hingga sedang, ucap Khaled Ismail, karena semakin kering udara lingkungan, semakin cepat laju penguapan dan semakin kuat efek pendinginannya.
Di lingkungan yang lembab, handuk masih akan menyerap panas dari tubuh, tetapi karena udara jenuh dengan kelembapan, air dari handuk tidak akan menguap. Jadi, ini menyimpan panas secara efektif, sehingga efek pendinginan akan berumur pendek.
“Anda harus lebih sering merendam handuk dalam air dingin untuk ‘mengisi ulang’ saat handuk menjadi hangat atau mongering,” ucapnya.
Handuk juga berfungsi sebagai penghalang fisik terhadap sinar matahari, mencegah sinarnya mencapai dan memanaskan kulit. Benda ini diharapkan berwarna terang, karena menyerap lebih sedikit radiasi panas daripada warna gelap.
“Handuk dengan UPF (Ultraviolet Proection Factor) yang lebih tinggi juga lebih disukai karena akan memberikan perlindungan UV (ultraviolet) tambahan, yang penting bagi orang yang bekerja di luar ruangan dalam waktu lama,” ujarnya. (adm)