Jakarta, isafetymagazine.com – Kalangan industri menganggap masyarakat belum memahami cara perlindungan diri penularan Covid-19. Hal ini dilihat dari pemilihan dan penggunaan alat pelindung diri (APD) seperti masker atau respirator.
“Masker fungsinya adalah menjaga apa yang di dalam tubuh agar tidak keluar, sedangkan respirator menjaga apa yang dari luar masuk dan bisa juga difungsikan untuk menjaga apa yang dari dalam tubuh agar tidak keluar,” kata Aswan Murwana, Application Engineer PT 3M Indonesia dihubungi Isafetymagazine pada Senin (5/7/2021).
Kemudian, masker masih bisa mengalami kebocoran, sedangkan respirator tidak terjadi kebocoran. Selanjutnya, masker tidak berfungsi sebagai filter, tapi respirator berfungsi sebagai filter karena tidak bocor dan mampu menahan partikel.
Berikutnya, masker tidak memiliki sertifikasi untuk perlindungan pernafasan, sedangkan respirator memiliki sertifikasi untuk perlindungan pernafasan.
Menyoal lonjakan kasus Covid-19 akibat keberadaan varian Delta ditanggapi Aswan dapat menggunakan masker ganda atau respirator N95.
Masker ganda terdiri dari masker kain dilapisi masker medis, sedangkan pemakaian respirator N95 tidak perlu digabungkan dengan bahan lainnya.
“Respirator N95 memberikan tingkat efisiensi filtrasi yang memadai minimal sebesar 95%,” ucapnya.
Pemberlakukan respirator N95 bagi pengguna KAI Commuter didukungnya untuk memperoleh perlindungan ketat dari penularan Covid-19. Hal ini lantaran ventilasi tidak memadai dan kapasitas terlalu padat.
Pada sisi ketersediaan respirator N95 masih tersedia di pasar, tapi ini tidak berlaku bagi semua tipe, karena supply constraint. Berbagai tipe respirator N95 seperti 1860,1870+, dan 8210.
“Untuk harga bisa ke masing-masing authorized distributor,” ucapnya.
Aswin mengaku kenaikan harga respirator N95 tidak dilakukan oleh produsen. Hal ini hanya dilakukan oleh distributor untuk memperoleh margin.
“Harganya tetap, walaupun ada kenaikan demand (permintaan),” tuturnya.
Menyinggung kesanggupan produksi respirator N95 masih sulit dilakukan industri domestik. Hal ini terjadi akibat sertifikasi sulit diperolehnya.
“Bahan baku dasar mungkin ada, namun masih ada yang bergantung impor,” ujarnya. (adm)