Health

Gen Z Cepat Resign Bekerja Diduga Akibat Gangguan Kesehatan Mental

Devie Yundianto berpendapat menjaga kesehatan mental penting dilakukan guna meningkatkan kesejahteraan individu.

Jakarta, isafetyamagazine.com – Psikolog Universitas Nahdlatul Ulama Indonesia (Unusia), Devie Yundianto menyoroti kesehatan mental dinilai sangat penting bagi Gen Z sekarang.

Pasalnya, mereka sudah mulai masuk ke dalam dunia kerja atau sebagai tenaga kerja.

“Gen Z itu mendapatkan beban kerja yang tinggi sehingga Gen Z itu sebenarnya orang-orang yang kalau saya pernah baca dalam jurnal gitu, Gen Z itu tipikalnya itu gampang banget yang namanya resign kalau dia sudah tidak nyaman atau menurut dia mentalnya sudah down ketika dalam bekerja,” katanya pada Ahad (13/10/2024).  

World Health Organization (WHO) mendefinisikan kesehatan mental merupakan kondisi kesejahteraan mental sehingga orang dapat mengatasi tekanan hidup hingga  mampu bekerja denan baik.

Sementara itu istilah Gen Z ini digunakan untuk menyebut mereka yang lahir pada 1997 hingga 2012.  

Devie Yundianto meneruskan beban kerja berpengaruh bagi kesehatan mental yang dialami Gen Z. Sebab, generasi ini seringkali belum memiliki pengalaman yang cukup, sehingga mudah terpengaruh oleh beban kerja tinggi berakibat stres, kelelahan hingga burnout.

Apalagi, gangguan mental itu diduga muncul lantaran Gen Z tumbuh di era digital, sehingga mereka sangat rentan terpapar informasi soal gangguan mental yang berakibat mereka mendiagnosis dirinya sendiri.

“Mereka itu kayak mendiagnosis sendiri dan akhirnya kayak meramalkan diri mereka sendiri. Itu akhirnya mereka terkena dampak tersebut dan juga era digital sebenarnya sih membuat orang punya gangguan mental ya karena informasi yang luar biasa banyak sehingga mereka tidak dapat mengontrol informasi itu dengan baik,” tuturnya.

Devie Yundianto berpendapat menjaga kesehatan mental penting dilakukan guna meningkatkan kesejahteraan individu.

Karena, ini akan menimbulkan efek baik pada kesejahteraan sosial, emosional, dan fisik,

Langkah ini juga dilakukan guna menghilangkan risiko penyakit mental, seperti kecemasan dan depresi.

Berbagai cara yang bisa ditempuh untuk mengatasi penyakit mental sepert meditasi.  

“Melakukan meditasi atau kalau dalam muslim kan sholat gitu walaupun kita tidak bisa bilang bahwa sholat itu menyembuhkan penyakit mental, tapi ini sebagai langkah untuk meditasi atau langkah untuk merilekskan diri gitu kan,” ujarnya.

“Kalau sholat kan beda ya sama meditasi kalau sholat itu lebih kepada dia itu mendekatkan diri kepada sang pencipta.”

Apabila mengalami gangguan psikologis, ujar Devie Yundianto, segera mencari bantuan profesional, seperti psikolog atau psikiater.

Dukungan keluarga, teman, dan kelompok sebaya pun memiliki peran penting untuk membantu kesembuhan penyakit mental.  

“Ada gitu orang yang berkontribusi dalam hidup seperti pasangan ataupun kalau sudah menikah seperti pasangan ataupun seperti sahabat,” ujarnya. (nuo/adm)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *




Enter Captcha Here :

Back to top button