Jakarta, isafetymagazine.com – Dokter Spesialis Kesehatan Jiwa, Lahargo Kembaren menyatakan sebagian orang diduga rentan mengalami gangguan jiwa seperti stres dan cemas saat kelelahan fisik dan mental.
Orang-orang yang dimaksud seperti calon legislatif (caleg) yang gagal, tim sukses, dan penyelenggara pemungutan suara.
“Tim sukses dan masyarakat yang terlalu fanatik dengan calonnya sehingga terjadi konflik yang menjadi stressor, atau pemicu stres,” katanya pada Kamis (14/12/2023).
Jenis stres dibagi dua yakni stres positif (eustress) yang mendorong orang menjadi lebih baik dan stres negatif (distress) yang memicu penurunan produktivitas seseorang sehari-hari.
Dengan begitu masyarakat termasuk yang terlibat dalam proses pemilu diminta mewaspadai gejala awal yang mengarah ke gangguan kesehatan jiwa, fisik, kognitif, emosi, dan perubahan perilaku.
“Saat kognitif terganggu, seseorang yang mengalami stres umumnya mengalami masalah memori, sulit berkonsentrasi, membuat keputusan yang buruk, sampai rasa cemas yang tak kunjung hilang,” ujarnya.
Gejala emosi berawal dari mood yang labil, seperti mudah emosi, marah, hingga tersinggung. Selain itu merasa gelisah dan tidak bisa tenang, bahkan di keramaian kerap merasa seperti sendirian dan terisolasi.
Berikut gejala gangguan jiwa meliputi gatal, nyeri di berbagai bagian tubuh, diare atau sulit buang air besar, mual dan pusing, nyeri dada dan jantung berdebar, hasrat seksual yang menurun, dan terasa dingin di ujung jari.
“Kemampuan manajemen stres dapat dilakukan dengan strategi 4A yaitu avoid (hindari), alter (rubah), adapt (beradaptasi), dan accept (menerima),” ucapnya.
Jika stressor tidak dapat dihindarkan, maka dia bisa merubah kondisi dengan cara melibatkan orang lain yang dipercaya, mengatur prioritas, dan mendelegasikan tugas. Selain itu dapat dilakukan dengan mengurangi keterlibatan dalam pemilu sedikit demi sedikit.
Hal lainnya dapat dilakukan dengan beradaptasi yang merupakan salah satu bentuk manajemen stres. Kondisi ini bisa dilakukan dengan fokus pada hal-hal yang menggembirakan dan menyenangkan dari pekerjaan yang dijalaninya.
Kemudian, belajar menerima sesuatu keadaan dalam hidup kita meski itu rasa menyakitkan dan menyedihkan, tetapi itulah bagian dari kehidupan kita.
“Pelajari hikmah yang kita dapatkan dari kejadian ini. Hidup tidak selalu menang, berhasil, bahagia. Tetapi kalah, gagal, dan sedih adalah juga bagiannya,” tuturnya. (dtc/adm)