Safety at Work

Berikut Pemicu Pengemudi Alami Kecelakaan Lalu Lintas

KNKT meminta manajemen Transportasi Jakarta (TransJakarta) menghapus apel pagi pukul 3.00 WIB untuk pengemudi shift pertama guna meminimalisasi kelelahan.

Makassar, isafetymagazine.com – Guru Besar Ilmu Kesehatan Masyarakat Universitas Hasanuddin (Unhas) Syamsiar S Russeng MS menyatakan dari penelitian yang dilakukannya bahwa salahsatu penyebab kecelakaan lalu lintas di jalan raya adalah kelelahan pada pengemudi.

Kelelahan merupakan suatu mekanisme perlindungan tubuh agar terhindar dari kerusakan lebih lanjut.

“Kelelahan diatur secara sentral oleh otak,” katanya pada Rabu (10/2/2022).

Pada susunan syaraf pusat terdapat sistem aktivitas bersifat simpatis dan inhibisi bersifat parasimpatis. Penyebab kelelahan antara lain aktivitas kerja fisik, mental, ruang kerja yang tidak ergonomik, sikap kerja, dan kebutuhan kalori kurang.

“Hierarki pengendalian kelelahan kerja pengemudi adalah mempersiapkan diri dengan cukup tidur, mengatur shift atau jam kerja dan tidak memaksakan untuk mengoperasikan kendaraan jika dalam kondisi yang kurang sehat,” ucapnya.

Pengusaha wajib melakukan pemeriksaan kesehatan berkala kepada pengemudi, pelatihan tanggap darurat, dan pengenalan tanda-tanda kelelahan.

“Pengemudi harus menyadari akan pentingnya keselamatan dalam bekerja/berkendara dengan cara mengenal hazard-hazard (kelelahan) yang menyebabkan terjadinya kecelakaan, karena hazard terbesar dalam berkendara adalah kegagalan mengenali hazard itu sendiri,” tuturnya.

Pada kesempatan terpisah Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) meminta manajemen Transportasi Jakarta (TransJakarta) menghapus apel pagi pukul 3.00 WIB untuk pengemudi shift pertama guna meminimalisasi kelelahan.

“Bermanfaat tidak, kalau bermanfaat lakukan karena apel ini bisa memakan waktu seperempat jam,” ucap Ketua KNKT Soerjanto Tjahjono.

Jika apel tidak terlalu dibutuhkan, maka pengemudi bisa memanfaatkan waktu tersebut untuk beristirahat. Apalagi, pengemudi yang berdomisili jauh dari terminal keberangkatan bus harus bangun lebih awal.

Pengemudi yang mendapat shift pertama berpotensi mengalami kelelahan dan kurang konsentrasi jika tidak mendapatkan kualitas istirahat yang baik. Waktu tidur lelap (deep sleep) manusia berkisar antara pukul 23.00 hingga 4.00 WIB.

“Kalau tidak mengalami deep sleep antara waktu tersebut, kita bangun kekurangan hormon melatonin, sehingga kebugaran tidak sempurna, kualitas istirahat berkurang. Itu perlu menjadi perhatian khusus,” tutur Soerjanto.

Dari hasil investigasi menyeluruh terhadap operasional TransJakarta diperoleh temuan oleh KNKT bahwa waktu kerja total pengemudi juga melebihi batas jam kerja maksimum.

Namun, TransJakarta sudah mulai melakukan penertiban jam batas pengemudi bersama dengan mitra operator.

Dewan Transportasi Kota Jakarta (DTKJ) mencatat sebanyak 508 kecelakaan yang melibatkan penumpang oleh bus TransJakarta sepanjang 2021.

Kecelakaan paling banyak terjadi pada Januari 2021 mencapai 75 kali dan pada Maret 2021 mencapai 72 kali kejadian.

Walaupun, selama bulan ke bulan dalam 2021 jumlah kecelakaan semakin menurun, tapi tingkat fatalitas makin serius dengan ada korban jiwa yang terjadi pada Desember 2021.

“Terakhir adalah pada Desember 2021 yang mengakibatkan korban meninggal tiga orang langsung. Ini menunjukkan kecelakaan ini semakin serius dan harus ditangani, segera diantisipasi,” ucap Ketua Komisi Kelaikan dan Keselamatan DTKJ Prayudi.

Sepanjang 2021 kecelakaan TransJakarta paling banyak dialami operator PPD sebanyak 34%, Mayasari 32%, Steady Safe sebesar 16%, Kopaja sebesar 13%, Trans Swadaya sebesar 3%, Pahala Kencana, dan Bianglala masing-masing sebesar 1%.

Salah satu faktor kecelakaan yang sering terjadi tersebut adalah kelelahan dan kelalaian pengemudi karena tidak memiliki waktu istirahat, serta selama bekerja tidak disediakan tempat istirahat di ujung terminal pemberangkatan.

DTKJ juga meminta manajemen TransJakarta mengevaluasi kebijakan target tempuh 100 kilometer bagi pengemudi. Sistem target tempuh ini membuat pengemudi tidak memiliki jiwa melayani namun hanya mengejar waktu.

“Jika mengejar waktu untuk memenuhi target tersebut berpotensi menimbulkan faktor tergesa-gesa bagi pengemudi yang dikhawatirkan memicu kecelakaan,” ucapnya.

Pada sisi lain KNKT merekomendasikan penempatan petugas yang membantu pengemudi di dalam bus TransJakarta diaktifkan kembali. Karena, ini memnbantu pengemudi mengarahkan dan melayani penumpang.

Penghapusan petugas pembantu pengemudi di dalam bus berakibat beban pengemudi semakin bertambah yang seharusnya hanya berkonsentrasi untuk mengemudi dan berhenti di halte tujuan.

“Tugas pembantu pengemudi tidak bisa dilimpahkan oleh pengemudi saja karena sopir membutuhkan konsentrasi yang tinggi untuk tetap berada di jalur busway dan berhenti di halte yang ditentukan,” tuturnya.

KNKT juga menemukan pengurangan petugas pengaman rute di koridor, padahal petugas ini membantu mengurangi konflik lalu lintas antara bus TransJakarta dengan pengguna jalan lainnya, seperti motor dan mobil pengawalan yang masuk dalam jalur busway.

“Melihat masyarakat kita terutama di Jakarta yang tidak disiplin, tanda-tanda khusus TransJakarta tidak dihiraukan oleh mereka, sehingga motor, mobil, mobil pejabat yang dikawal masuk ke koridor-koridor,” ujarnya. (ant/adm)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *




Enter Captcha Here :

Back to top button