Jakarta, isafetymagazine.com – Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) meminta implementasi Health, Safety, and Environment (HSE) di sektor hulu dilakukan dengan prinsip ketaatan terhadap aturan dan standar yang berlaku, efektif, efisien, serta menjamin keselamatan dan kesehatan kerja (K3).
“Kami meminta manajemen SKK Migas dan KKKS untuk dapat melakukan supervisi dan menyiapkan segala sumber daya, baik sumber daya manusia, peralatan, dan prosedur untuk menerapkan aspek HSE,” kata Menteri ESDM, Arifin Tasrif belum lama ini.
Dengan demikian, seluruh program kerja diharapkan bisa mencapai target produksi satu juta barel oil per day (BOPD) dan 12 billion standard cubic feet per day (BSCFD) pada 2030.
Hal ini tidak dapat berjalan secara baik akibat terkendala aspek HSE.
Begitupula aspek produksi dan lifting diharapkan SKK Migas bisa melakukan sense of urgency.
Jadi, langkah-langkah mitigasi bisa dilakukan sejak awal.
“Kami berharap ke depan tidak ada lagi insiden di industri hulu migas sehingga target produksi nasional dapat tercapai,” ujarnya.
Pada kesempatan terpisah Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) berharap keselamatan kerja tidak dilupakan Kontraktor Kontrak Kerja Sama (KKKS).
Walaupun, mereka didorong mengejar target produksi.
“Saya tegaskan kembali, program yang masif dan agresif tidak membuat kita mengkompromikan aspek HSE. Tidak ada pekerjaan yang terlalu penting tanpa dikerjakan dengan selamat,” kata Kepala SKK Migas, Dwi Soetjipto.
SKK Migas dan KKKS akan mengerjakan 11 proyek onstream pada 2023.
Kemudian, pengeboran 1.048 sumur terdiri dari 991 sumur pengembangan dan 57 sumur eksplorasi, 834 kegiatan workover, dan 33.182 kegiatan well service.
SKK Migas sudah melakukan sejumlah langkah untuk menjaga aspek HSE pada industri hulu migas.
Hal yang dimaksud seperti persetujuan dan monitoring work, program dan bujet aspek HSE.
Kemudian, investigasi insiden, menerbitkam surat edaran keselamatan kerja, pelaksanaan HSE monthly meeting.
Selain itu mengembangkan aplikasi machine learning untuk incident rate forecasting pada Integrated Operation Centre SKK Migas.
“Aplikasi tersebut adalah Sistem Informasi Aplikasi Keselamatan Kerja atau kami menyebutnya ‘SIAP SELAMAT’ yang digunakan untuk membantu analisa strategi pengelolaan aspek HSE pada industri hulu migas Indonesia,” ujar Dwi Soetjipto.
SKK Migas mengungkapkan tingkat incident rate sebesar 0,24 dari 87 juta jam kerja operasi hulu migas sampai akhir Maret 2023.
Angka ini dinilai masih berada di bawah batas atas incident rate maksimal yang ditentukan sebesar 0,9%.
Selain itu juga masih lebih baik dari rata-rata incident rate yang tercatat pada International Oil and Gas Producer sebesar 0,77.
“Namun, aspek keselamatan kerja tidak hanya diukur dari statistik, kita tidak dapat menampik beberapa insiden yang terjadi akhir-akhir ini dan cukup menyita perhatian publik. SKK Migas bersama KKKS menyikapi serius hal tersebut,” tuturnya.
Dengan demikian, ke depan SKK Migas akan melaksanakan Safety Integrity Audit.
Program ini mencakup audit atas sistem, peralatan, pekerja, aset, menajemen, dan ALARP assessment, serta pengaplikasian teknologi SIAP SELAMAT. (adm)