Jakarta, isafetymagazine.com – Kantor Berita Inggris, BBC, mengabarkan sebanyak dua astronaut Amerika Serikat (AS) dilaporkan terjebak di luar angkasa saat meluncur dalam misi uji coba ke International Space Station/ISS (Stasiun Luar Angkasa Internasional selama dua bulan sejak 5 Juni 2024.
Mereka adalah Barry Wilmore dan Sunita Williams.
Keduanya menerbangkan pesawat Boeing Starliner untuk uji coba melihat kinerja pesawat sebelumnya.
Mereka harus menghadapi kendala berupa kebocoran pada sistem propulasi dan beberapa pendorong yang mati.
ISS mengungkapkan penelitian kesehatan mental astronaut telah dilakukan selama 25 tahun terakhir.
Lembaga itu mengaku eksperimen kesehatan mental dinilai telah membantu para astronaut dalam melakukan misinya yang berlangsung 6-12 bulan.
Eksperimen ini juga dapat diterapkan pada dua astronaut tadi.
National Aeronautics and Space Administration (NASA) dan badan antariksa lainnya juga ingin mempelajari cara membuat astronaut senang dan menerapkan kembali ‘pelajaran yang dipetik’ untuk lingkungan terisolasi dan terbatas di Bumi.
NASA merilis cara ISS mempelajari kesehatan mental astronaut yang terdiri dari empat investigasi.
1. Proyek Pencahayaan untuk Mengelola Ritme Sirkadian Astronaut
ISS mengupayakan proyek Circadian Light untuk membantu astronaut mempertahankan ritme sirkadian yang lebih normal.
Pencahayaan ini berfungsi melihat bagaimana kesejahteraan astronaut dapat ditingkatkan melalui hal-hal seperti tidur dan pengurangan stres, juga membantu pekerja shift.
Langkahnya dengan menguji sistem pencahayaan.
Dari hal ini ISS ingin mengetahui bagaimana pola pencahayaan tersebut dapat membantu astronaut.
Suhu inti tubuh diukur menggunakan sensor kulit untuk menilai kinerja astronaut.
Panel pencahayaan itu untuk meniru kondisi alam di Bumi dengan lebih baik karena lintasan matahari di langit Bumi.
2. Cara Peneliti Mengetahui Struktur Otak Astronaut
Dengan NeuroMapping bertujuan mendalami struktur dan fungsi otak.
Cara ini bisa melihat bagaimana hal-hal seperti multitasking berubah di luar angkasa dan berubah lagi ketika astronaut kembali ke Bumi.
Hasil dari langkah ini menunjukkan tidak terdapat efek pada memori kerja spasial dari penerbangan antariksa.
Namun, ini menemukan perubahan yang signifikan dalam konektivitas otak.
Studi penelitian lainnya melaporkan peningkatan substansial dalam volume otak yang meningkat.
Langkah ini seiring dengan durasi misi dan dengan interval yang lebih panjang di antara misi.
3. Fotografi Bisa Membantu Kesehatan Mental Astronaut
Proyek Crew Earth Observations yang telah dilakukan menugaskan astronaut untuk mengambil gambar Bumi demi melacak perubahan iklim akibat bencana alam, manusia, dan kejadian lain di Bumi.
Kini, proyek tersebut juga menyelidiki bagaimana citra membantu kesehatan mental astronaut.
Perwakilan NASA menyatakan, “Para peneliti menyadari pengambilan foto-foto Bumi meningkatkan kesejahteraan mental para anggota tim.
Sebagian besar dari mereka menghabiskan waktu luangnya untuk mengambil gambar dari kubah stasiun.”
4. Pembelajaran Virtual Reality (VR) Mampu Menangani Masalah Psikologis Astronaut
Dengan VR Mental Care, sebuah penelitian dari European Space Agency (ESA), menggunakan teknologi realitas virtual, dapat mensimulasikan keberadaan para astronaut di berbagai lingkungan.
Lingkungan 360 derajat tersebut meliputi video dan suara, diikuti kuesioner untuk menilai perasaan para astronaut saat menggunakan teknologi tersebut.
Alat ini dapat membantu para astronaut menangani masalah psikologis seperti kecemasan, stres, dan gangguan stres pascatrauma di Bumi.
“Saya menikmati VR untuk aplikasi seperti olahraga dan sepeda statis. Ada perbedaan yang dapat saya rasakan,” ujar Astronaut ESA, Andreas Mogensen. (adm)