Jakarta, isafetymagazine.com – Epidemiolog Pandu Riono meminta masyarakat jangan terlena dengan kehadiran vaksin Covid-19 buatan Sinovac di Indonesia. Karena, vaksin ini belum terbukti bagi semua orang.
Apalagi, vaksin Sinovac masih masuk tahap uji klinis fase ketiga dan belum memperoleh izin resmi dari Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM).
“Efikasi (kemanjuran) dan keamanannya pun masih perlu dipertanyakan kembali,” katanya pada Senin (7/12/2020).
Dengan demikian, Sinovac memiliki efikasi dinilai paling rendah dibandingkan vaksin Covid-19 lainnya yakni Pfizer mencapai 90%, bahkan Moderna mencapai 94,5%.
Namun, pemerintah tidak memberikan alasan yang jelas mengenai alasan penggunaan vaksin Sinovac.
“Penetapan vaksin Sinovac hanya sebatas membuka kembali perekonomian Indonesia. Pemilihan vaksin ini harus dari tingkat efikasi dan keamanan,” ujarnya.
Kalaupun vaksin Covid-19 telah terbukti efikasi, ujar Pandu, ini harus diberlakukan sebagai secondary prevention (pencegahan kedua). Karena, primary prevention (pencegahan utama) menerapkan protokol kesehatan (prokes).
“Saya heran pemerintah tidak investasi memperkuat primary prevention, malah lompat ke secondary prevention,” katanya.
Vaksinasi Dua Tahun
Epidemiolog Airlangga Windhu Purnomo sependapat efikasi vaksin Sinovac masih belum jelas. Karena ini masih dalam tahap uji klinis vaksin atau fase ketiga.
Efikasi itu dapat dilihat dari efektivitas vaksin menangkal virus dalam tubuh dan seberapa lama jangkauan vaksin dapat membentuk antibodi dalam tubuh.
“Belum ada laporan yang negatif terutama keamanan Sinovac, artinya mungkin akan lolos,” paparnya.
Apalagi, penyuntikan vaksin Covid-19 hanya bisa dilakukan secara bertahap, sehingga ini membutuhkan waktu yang panjang.
Indonesia memiliki 270 juta penduduk, maka vaksinasi diperkirakan akan selesai selama 1,5 tahun-2 tahun.
“Tujuan Indonesia mencapai herd immunity (kekebalan tubuh) kelompok akan sulit tercapai jika daya tahan tubuh masyarakatnya tidak bertahan lama,” tandasnya.
Protokol Kesehatan
WSO Indonesia Representative, Soehatman Ramli, menambahkan vaksinasi tidak bisa mengatasi pandemi Covid-19.
Karena, vaksin tidak membunuh virus, tapi ini hanya membuat tubuh kebal menghadapi serangan virus yang masuk ke dalam tubuh.
“Si Corona masih eksis dan akan tetap ada di jagad ini bekeliaran mencari mangsanya,” ucapnya kepada isafetymagazine.
Dengan begitu masyarakat harus tetap menerapkan prokes guna mencegah Covid-19 masuk ke tubuh. Bahkan, ini bisa mengurangi penyebaran virus dari satu orang ke orang lainnya.
“Hati-hati, jaga protokol dan selalu ingat safety,” tukasnya. (cnn/Lutifa Akta Rahmawati)