Jakarta, isafetymagazine.com – Sebagian perusahaan mendefinisikan pekerja yang beraktivitas setinggi 1,8 meter lebih dari tanah dinilai bekerja di ketinggian. Kondisi ini berisiko cedera, jatuh, luka serius hingga kematian.
“Penggunaan APD (Alat Pelindung Diri) serta Penerapan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) harus dilakukan untuk membantu mengidentifikasi dan mengurangi resiko yang mungkin bisa terjadi,” tulis maxigroup dalam laman resminya pada Rabu (3/5/2023).
Walaupun demikian, mayoritas pekerja masih belum paham dan tidak memperhatikan keselamatan diri saat bekerja di ketinggian.
Jadi, mereka membutuhkan pengetahuan APD guna mengantisipasi terjadi kecelakaan kerja.
Sedikitnya, delapan alat yang dapat dipakai pekerja sebagai APD untuk memberikan perlindungan bahaya jatuh.
Delapan alat yang dimaksud adalah safety belt (sabuk keselamatan), full body harness, dan lifeline.
Kemudian, retractable lifeline, lanyard, fall arrestor (robe grab), anchor point, dan shock absorber.
1. Safety Belt
Safety Belt memiliki fungsi yang sama dengan full body harness, tetapi safety belt hanya dikaitkan ke bagian pinggang serta bagian lanyard dikaitkan ke anchor.
“Sebaiknya alat safety belt tidak dipergunakan untuk pekerjaan yang memungkinkan pekerja bisa jatuh dari ketinggian,” ujarnya.
Alasannya, jika pekerja terjatuh, maka dia masih bisa mengalami cedera di bagian pinggang atau tulang belakang.
Walaupun, pekerja ini tidak mengenai permukaan tanah.
2. Full Body Harness
APD ini melindungi semua bagian tubuh pekerjal yaitu dada, panggul, paha, dan seluruh tubuh penggunanya.
Jadi, dia dapat lebih aman saat digunakan bekerja di ketinggian.
“Penggunaan body harness di lengkapi dengan D-ring yang terletak pada bagian punggung serta bisa di sambungkan ke lanyard, lifeline, dan komponen lain yang kompatibel dengan body harness,” ujar maxigroup.
3. LifeLine
Alat tersebut berbentuk tali pengaman fleksibel yang terbuat dari kawat, serat, atau anyaman yang dikaitkan pada anchor point.
“Standar dari lifeline harus memiliki kekuatan daya tarik minimum 2,75 ton atau setara dengan diameter tali 60 milimeter (mm).
Lifeline bisa dipasang secara vertikal atau horizontal, sesuai dengan kebutuhan.
4. Retractable Lifeline
APD ini akan menarik serta mengunci tubuh ketika terjadi tarikan secara tiba-tiba yang harus terpasang pada posisi tubuh dalam keadaan tegak.
5. Lanyard
Alat ini dipakai di antara anchor point dan body harness yang sejajar dengan dada yang bertujuan untuk mengurangi jarak vertikal atau jarak jatuh tubuh pekerja.
“Lanyard bisa menahan guncangan saat pekerja terjatuh bebas hingga 1,2 meter,” tuturnya.
6. Fall Arrestor (rope grab)
APD ini untuk melindungi pekerja saat sedang melakukan perpindahan tempat atau bergerak secara vertikal dengan jarak panjang.
“Jika pekerja bergerak ke atas, maka rope grab akan ikut bergerak naik mengikuti gerakan pekerja tersebut,” ujar maxigroup.
Namun, jika pekerja jatuh secara tiba-tiba, maka perangkat ini secara mekanik akan mencengkeram lifeline.
7. Anchor Point (Anchor)
Setiap pekerja wajib memastikan anchor tersambung dengan lifeline dan lanyard secara kuat. Posisi anchor point harus stabil dan sesuai titiknya.
“Jika penggunaan anchor digunakan sebagai pelindung atau penahan pekerja dari kemungkinan terjatuh, anchor harus mampu menahan setidaknya 3,5kN (363 Kg) atau setidaknya empat kali berat pekerja,” ucapnya.
Namun, penggunaan anchor sebagai penahan saat terjatuh, anchor harus mendukung setidaknya 22 kN (2,5 ton).
8. Shock Absorber
APD ini sebagai alat penahan jatuh tubuh penggunanya dari ketinggian guna mencegah kerusakan dan mengurangi kekuatan tekanan pada anchor.
Shock absorber dibuat terpisah atau dirancang menyatu dengan lanyard.
“Standar CSA Z259.11, shock absorber dapat menambah panjang lanyard hingga 1,2 meter ketika menerima beban 100 kg dan jatuh dari ketinggian 1,8 meter,” tuturnya. (adm)
