Fire Safety

Berikut Hasil Labfor Polri Tentang Kebakaran Tunjungan Plaza 5

Sodiq Pratomo tidak menyebutkan kemungkinan unsur kesengajaan sebagai pemicu kebakaran di Tunjungan Plaza 5.

Surabaya, isafetymagazine.com – Laboratorium Forensik (Labfor) Polri Cabang Surabaya menyebutkan penyebab kebakaran di pusat perbelanjaan Tunjungan Plaza 5 Surabaya bisa berupa akumulasi panas (heat accumulation).

“Hasil laboratorium, sumber api pemicu kebakaran berasal dari akumulasi panas (heat accumulation) selama terjadinya hubungan longgar listrik (loose contact) pada salah satu terminal kabel lampu penerangan,” kata Kepala Bidang (Kabid) Labfor Polri Cabang Surabaya Kombes Polisi Sodiq Pratomo pada Rabu (27/4/2022).

Terminal kabel lampu penerangan yang mengalami loose contact terdapat di plafon teras bioskop yang berada di lantai 10 gedung. Peristiwa itu  berakibat komponen terminal lampu pada plafon meleleh dan membakar isolasi kabel.

Percikan api yang muncul makin membesar setelah mengenai media bahan mudah terbakar, seperti plastik, kayu, kertas di sekitar area plafon bangunan tersebut. Loose contactitu terjadi pada sebuah sekrup terminal lampu penerangan.

“Di sekrup terminal lampu. Biasanya kan dipasang di terminal, lalu dikencengi (dikunci) pakai sekrup,” ujarnya.

Sodiq Pratomo tidak menyebutkan kemungkinan unsur kesengajaan sebagai pemicu kebakaran di Tunjungan Plaza 5. Namun, hasil labfor sudah dilaporkannya ke Satreskrim Polrestabes Surabaya dan Bidang Hubungan Masyarakat (Humas) Polda Jawa Timur (Jatim).

“Itu ranahnya penyidik. Perlu pendalaman penyidik,” tuturnya.

Menyinggung penyebutan istilah korsleting listrik sebagai penyebab kebakaran, ujar Sodiq Pratomo, sudah lumrah sebagai perbendaharaan kata bagi masyarakat.

Pasalnya, tiga macam penyebab korsleting listrik yang berpotensi menjadi pemicu awal kebakaran, yakni pertama, overload. Hal inilebih mungkin akibat kapasitas kabel tidak mampu menahan laju arus listrik sehingga terjadi panas pada kabel.

Kemudian, lapisan pembungkus kabel tersebut meleleh dan mengenai benda-benda berbahan mudah terbakar di dekatnya.

Kedua, kebocoran arus listrik yang lebih mungkin terjadi saat terdapat kabel yang saling bersebelahan, terkena air, atau kondisi lapisan pembungkusnya terbuka.

“Itu tidak nempel, tapi bisa jadi keluar percikan,” ujarnya.

Ketiga, loose contact yang lebih mungkin terjadi saat seseorang sedang mencabut sebuah colokan yang kondisi lubangnya longgar. Kondisi itu dapat memicu percikan listrik yang berpotensi memicu kebakaran.

“Kalau ini seringnya jika anda saat mencopot colokan longgar akan muncul percikan. Nah, yang terjadi sekarang (kasus kebakaran TP-5), hubung longgar (loose contact) di terminal arah lampu,” ujarnya.

Dengan begitu, Sodiq Pratomo meminta masyarakat memperhatikan kualitas perkakas perangkat kelistrikan yang digunakan pada bangunan tempat tinggalnya.

“Pertama, masyarakat diimbau untuk menggunakan alat kelistrikan yang memiliki kualitas baik atau berstandar SNI,” ucapnya.

Kedua, masyarakat diimbau tidak menggunakan colokan secara bertumpuk-bertumpuk untuk menyalurkan sistem kelistrikan pada bangunan rumah atau tempat bekerjanya.

Ketiga, jika gejala awal korsleting listrik ditemukan masyarakat, maka mereka diminta segera mematikan sumber arus utama penyuplai listrik pada bangunan tersebut.

Sebelum  penanganan tanggap darurat  kebakaran bisa dilakukan masyarakat menyemprot dengan alat pemadam api ringan (APAR) berbahan serbuk, atau dengan air melalui hydrant. (ant/adm)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *




Enter Captcha Here :

Back to top button