Safety Management

Guru Besar FKM UI Ungkap Penyebab Penerapan K3 Masih Rendah

Penyebab kecelakaan kerja bisa terjadi akibat sebagian pekerja senior belum memahami dan tidak tahu penerapan K3.

Jakarta, isafetymagazine.com – Guru Besar Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia (FKM UI), Fatma Lestari menilai budaya keselamatan dan kesehatan kerja (K3) masih rendah terjadi di Indonesia dalam kehidupan sehari-hari.
 
“Masih banyak masyarakat yamg tidak mengenakan helm ketika mengendarai motor, tidak mengenakan seatbelt ketika di dalam mobil, dan tidak menggunakan APD (alat pelindung diri) ketika bekerja masih sering kita lihat di pelbagai industri seperti industri konstruksi dan manufaktur,” katanya dihubungi isafetymagazine.com belum lama ini.
 
Kondisi serupa terjadi pada sebagian perusahaan-perusahaan yang beroperasi di Indonesia akibat komitmen pimpinannua masih rendah terhadap K3.
 
“Pemilihan kontraktor seringkali lebih fokus pada biaya rendah ketimbang penerapan K3 yang baik, persyaratan K3 belum menjadi prioritas dalam pemilihan kontraktor dan investor,” ujarnya.
 
Dengan begitu penerapan K3 dinilai Fatma Lestari belum menjadi prioritas bagi perusahaan-perusahaan.

Jadi, ini menjadi salah satu penyebab tingginya kecelakaan di beberapa sektor seperti konstruksi, smelter, minyak dan gas (migas) serta pertambangan.
 
“Sering kali lebih memprioritaskan target produksi, mengejar deadline, tanpa penerapan K3 yang optimal,” ujarnya.
 
Sementara itu Fatma Lestari berpesan semua pihak untuk membudayakan K3, sehingga implementasi ini menjadi suatu kebutuhan, kebiasaan dan menjadi prioritas pada setiap aktivitas, pekerjaan, dan proyek-proyek.
 
Banyaknya kecelakaan kerja terjadi di Indonesia akibat berbagai hal seperti kebakaran di pabrik dan beberapa industri menunjukkan kesadaran pekerja yg masih rendah
 
“Ketidaktahuan terkait bahaya kebakaran dan pencegahan kebakaran seringkali menjadi penyebab kebakaran di beberapa industri dan pabrik,” ucapnya.
 
Soal angka kecelakaan kerja masih tinggi di Tanah Air, papar Fatma Lestari, akibat kompetensi rendah sumber daya manusia (SDM) K3.

Kecelakaan ini terjadi di beberapa industri seperti industri smelter, migas, dan pertambangan
 
“K3 belum menjadi prioritas, menjadi salah satu penyebab tingginya kecelakaan di beberapa sektor seperti konstruksi, smelter, migas dan pertambangan, karena seringkali lebih memprioritaskan target produksi, mengejar deadline, tanpa penerapan K3 yang optimal,” ucapnya.
 
Pada kesempatan terpisah Ketua Umum (Ketum) Komunitas New Health Safety Environment (HSE) Networking (NHN), Wendy Darmawan mengungkapkan penyebab kecelakaan kerja bisa terjadi akibat sebagian pekerja senior belum memahami dan tidak tahu penerapan K3.
 
Kadang orang yang masuk jadi pelaksana K3 bukan dari dasar. Mereka tidak faham, meskipun ilmunya tinggi,” ucapnya.
 
Penerapan K3 juga disarankan kepada semua pihak harus lebih inovatif dan harus mengikuti perkembangan dunia industri saat ini.
 
“Jangan phobia dengan ilmu-ilmu baru K3, banyak ilmu K3 yang baru dan bisa diterapkan dan diaplikasikan dalam melaksanakan pekerjaan,” tuturnya.

“Selain itu sering mengidentifikasi potensial hazard di sekitar kita, sehingga kita lebih waspada dan terhindar dari bahaya.”
 
Pada sisi lain banyak pabrik, sektor konstruksi, dan sektor migas, ujar Wendi Darmawan, masih belum melihat jauh ke depan terkait implementasi K3.

Mereka masih berfikir yang sudah dipunyanya sudah hebat.
 
“Ada beberapa sektor kontruksi nggak mewajibkan safety glasses dan hand off tool untuk lifting di darat,” ucapnya. (adm)
 
 
 
 
 

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *




Enter Captcha Here :

Back to top button