Jakarta, isafetymagazine.com – Asosiasi Penambang Nikel Indonesia (APNI) mengungkapkan modal tambahan dibutuhkan industri pertambangan untuk praktik environmental, social, and governance (ESG).
Apalagi, anggaran lain harus dikeluarkan industri tersebut seperti Dana Hasil Ekspor (DHE) dan bahan bakar ramah lingkungan.
“Pertambangan Indonesia mengalami berbagai macam persoalan yang berat dari segi keuangan,” kata Dewan Penasihat Asosiasi Penambang Nikel Indonesia (APNI), Djoko Widajatno.
Pernyataan ini disampaikannya dalam ‘Kumparan Green Initiative Conference 2025’ di Jakarta pada Kamis (18/9/2025).
Pertama, DHE yang merupakan uang hasil ekspor ditahan. Dua, pajak dan royalti yang tinggi, tertinggi di Asia Tenggara.
Ketiga, bahan baku bahan bakar, dulu pakai B30, sekarang B40.
“Semuanya adalah cost,” ujarnya.
Saat semua biaya ini melampaui Harga Pokok Produksi (HPP), maka akan mengurangi keuntungan bersih yang diterima perusahaan.
Jadi, pemerintah diminta mendukung implementasi ESG.
“Untuk memajukan ESG di Indonesia ini butuh kebijakan-kebijakan fiskal yang bisa membantu para pengusaha ini bernapas,” tuturnya.
Staf Pengajar Sekolah Ilmu Lingkungan Universitas Indonesia (UI), Mahawan Karuniasa mengemukakan suatu dilema terjadi antara beban dan keuntungan dari biaya lingkungan.
Hal ini harus dilihat dari pengaruh secara jangka panjang.
“Saya kira substansinya adalah itu dalam konteks untuk kepentingan ekonomi jangka panjang, secara ilmiah bahwa natural capital kita, sumber daya alam kita dan jasa lingkungan kita itu kalau terdepresi maka cepat atau lambat ekonomi juga akan terganggu,” ucapnya.
Implementasi ESG harus bisa dilihat sebagai kesempatan di berbagai industri termasuk pertambangan.
Untuk membuat sebuah bisnis dapat berkelanjutan.
Dengan begitu kepatuhan terhadap pengelolaan lingkungan harus dilihat dari kepentingan pasar, regulasi, dan keuntungan perusahaan.
“ESG itu adalah beyond dari kepatuhan kepada pasar maupun regulasi. Dari situlah kita perlu memperkuat substansi, beyond market, beyond regulation,” tuturnya.
“Kita kembali kepada bahwa industri ini adalah bagian dari upaya untuk menyejahterakan kita semuanya, tidak hanya untuk sekarang, tetapi juga untuk masa depan.” (adm)
Sumber: kumparan.com














