i-ExpertRegional News

BKI: Operator Crane di Proyek DDT di Jatinegara Tak Sesuai Kompetensi

JAKARTA, ISafetyMagz.com – Kasus kecelakaan konstruksi berupa robohnya alat angkat crane pada proyek double-double track (DDT) kereta cepat Jakarta-Bandung di Jatinegara, Jakarta Timur pada Minggu (4/2/2018), mengungkapkan fakta baru.

Kasus kecelakaan kerja konstruksi yang mengakibatkan empat pekerja tewas dan dua lainnya terluka itu antara lain disebabkan kompetensi atau kualifikasi operator crane yang kala itu bertugas, tak sesuai.

Crane yang memiliki kapasitas angkat 50 ton tersebut dioperasikan oleh operator crane yang mengantongi sertifikasi kelas 3. Seharusnya, untuk alat angkat (lifting) crane dengan kapasitas angkat demikian dioperasikan oleh operator crane yang telah mengantongi sertifikasi kelas 2.

Ihwal ini diungkap Kepala SBU Energi dan Industri PT Biro Klasifikasi Indonesia (BKI) Doddy Dwi Sagita. “Dari hasil investigasi yang dilakukan KNKT (Komite Nasional Keselamatan Transportasi), Kemnaker, PT Hutama Karya dan BKI, ditemukan fakta bahwa alat angkat crane tersebut dalam kondisi baik dan layak digunakan,” kata Doddy kepada Isafetymagz.com di kantornya, Selasa (27/2/2018).

Meski terdapat beberapa perubahan sejak BKI melakukan pemeriksaan terakhir terhadap crane pada Oktober 2017, crane yang roboh tersebut dalam kondisi layak operasional. Hanya saja, kata Doddy, crane berkapasitas angkat 50 ton tersebut dioperasikan oleh operator yang kompetensi atau kualifikasinya tidak sesuai.

“Crane yang roboh tersebut dioperasikan oleh operator crane yang mengantongi sertifikasi kelas 3. Seharusnya alat lifting crane berkapasitas 50 ton dioperasikan oleh operator yang telah mengantongi sertifikasi kelas 2. Operator yang bersertifikasi kelas 3 seharusnya mengoperasikan crane yang mobile, yang berkapasitas lifting di bawah 50 ton,” Doddy menjelaskan.

Selain operator crane yang tidak sesuai kompetensi, menurut Doddy, penyebab lainnya adalah lampu penerangan yang kurang, hujan, faktor kelelahan, dan pengawasan. Dari fakta ini Doddy menduga jika SOP (Standard Operational Procedure) dan JSA (Job Safety Analysis) telah dilanggar.

“Mestinya ketika hujan, si pimpinan proyek atau pengawas langsung menghentikan pekerjaan. Sebab hujan akan berpengaruh terhadap pandangan. Situasi ini diperburuk dengan lampu penerangan yang kurang dan para pekerja yang kelelahan setelah berjam-jam bekerja di saat jam tidur,” Doddy menambahkan. (Hasan)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *




Enter Captcha Here :

Back to top button