Advertisement CIOSH Thailand
APD Alat Pelindung Diri

Nakes Muslimah Bisa Pakai Ini Rawat Pasien Selama Pandemi Covid-19

Hygienic Hijab hanya bisa dipakai sekali pakai sesuai pedoman Food and Drug Administration (FDA) Amerika Serikat (AS).

Jakarta, isafetymagazine.com – Dua orang terapis pernapasan, Yasmin Samatar dan Firaoli Adam telah menciptakan Hygienic Hijab.

Asesoris pakaian muslimah ini bisa dipakai tenaga kesehatan (nakes) sebagai alat pelindung diri (APD) dari kontaminasi Covid-19.

“Selama pengalaman kami dalam perawatan kesehatan, tidak memiliki akses ke APD yang sadar budaya tidak hanya membahayakan keselamatan kami, tetapi juga keselamatan pasien dan orang yang mereka cintai,” kata Samatar dan Adam dikutip dari Ebony Magazine pada Rabu (8/2/2023).

Selama ini topi medis masih terbuka di bagian leher dan tidak memenuhi standar hijab.

Jadi, nakes Muslimah perlu mengenakan hijab kain di bawahnya. 

Dengan bagian atas hijab masih terbuka bisa berpotensi terkontaminasi oleh bahan infeksius

Kelahiran Hygienic Hijab didorong kebutuhan nakes muslimah saat pasien menjalani operasi, pemindaian MRI.

Apalagi, sebagian fasilitas medis di rumah sakit (RS) tidak menyediakan pakaian muslimah. Jadi, kalangan ini memakai sprei untuk menggantikan hijab mereka.

Hygienic Hijab hanya bisa dipakai sekali pakai sesuai pedoman Food and Drug Administration (FDA) Amerika Serikat (AS).

Jilbab ini dinamakan Mawadda oleh Yasmin Samatar dan Firaoli Adam.

Mawadda berasal dari bahasa Arab yang berarti cinta, kasih sayang, simpati, kasih sayang, dan harmoni.

“Kami bermaksud menyebarkan Mawadda melalui misi perusahaan dan mempengaruhi generasi muda maupun mereka yang memasuki bidang kesehatan,” ucap Samatar dan Adam.

Hijab Higienis Mawadda tersedia dalam dua model yakni Ikram dam Znub.

Jenis Ikram dapat dibungkus dan diikat di depan atau belakang.

Untuk model Znub dapat ditarik dengan cepat dan nyaman.

Kedua model hijab ini dibuat dari serat ikatan pintal khusus untuk memudahkan kepala ‘bernapas’.

Mereka menyediakan ukuran yang pas membungkus kepala sendiri atau di atas jilbab.

Mawadda berencana memperluas lini produknya dengan menyertakan pakaian saniter lainnya untuk petugas kesehatan.

“Kami berencana menyertakan rok lulur dan kemeja panjang, serta memperluas pasar kami di luar perawatan kesehatan ke industri lain, seperti produksi makanan dan laboratorium,” ucapnya.

Yasmin Samatar dan Firaoli Adam berpengalaman merawat pasien di rumah sakit di dunia selama pandemi Covid-19.

Mereka berasal masing-masing dari Somalia dan Oromo. (rep/adm)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *




Enter Captcha Here :

Back to top button