Jakarta, isafetymagazine.com – World Health Organization (WHO) memperingatkan masyarakat di dunia tentang kemungkinan wabah penyakit X.
Wabah ini diperkirakan lebih besar ketimbang pandemi Covid-19.
“Ada jenis virus yang memiliki tingkat kematian sangat tinggi yang dapat mengembangkan kemampuan untuk menularkan secara efisien dari manusia ke manusia,” kata dokter Amesh Adalja dari Pusat Keamanan Kesehatan Johns Hopkins dikutip dari laman CBS pada Senin (22/1/2024).
Virus dari penyakit X diduga 20 kali mematikan ketimbang Covid-19.
Persoalan kemungkinan wabah penyakit X telah dibahas para pemimpin dari berbagai di negara dalam World Economic Forum (WEF) di Davos, Swiss pada Rabu (17/1/2024).
Walaupun demikian, para peneliti mengaku virus dari penyakit X belum diketahui sampai sekarang.
Lepas itu berbagai negara diminta mempersiapkan diri atas keberadaan virus dari penyakit X dalam sistem kesehatan.
Sebelumnya, WHO telah menghimpun 300 ilmuwan untuk meneliti 25 keluarga virus dan bakteri pada 2022.
Tindakan ini guna menyusun daftar patogen yang berpotensi menimbulkan wabah penyakit.
Penyakit X telah masuk pertama dalam daftar patogen oleh WHO pada 2018.
“Covid-19 mungkin merupakan penyakit X pertama manusia, dan para ilmuwan serta pakar secara aktif belajar dari pengalaman tersebut,” kata Direktur Jenderal (Dirjen) WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus.
Penyakit X diduga berasal dari virus pernafasan yang sudah beredar pada spesies hewan seperti Covid-19 dari kelelawar dan flu burung dari burung.
Namun, virus yang berakibat penyakit X belum bisa menular ke manusia.
“Interaksi antara manusia dan hewan, di mana interaksi terjadi, sehingga jenis virus ini dapat bertahan,” ucapnya.
Tedros Adhanom Ghebreyesus menyebutkan berdasarkan catatan WHO bahwa pandemi Covid-19 telah menewaskan tujuh juta lebih jiwa di dunia.
“Jika kita melakukan hal yang sangat buruk dalam hal seperti Covid-19, Anda dapat membayangkan betapa buruknya hal yang kita lakukan dalam hal seperti yang terjadi pada tahun 1918,” tuturnya.
Menurut klinik Cleveland bahwa wabah penyakit influenza pada 2018 menewaskan sekitar 50 juta orang di dunia.
Sistem kesehatan perlu dibangun berbagai negara seperti infrastruktur seperti peringatan dini dan penelitian dan pengembangan (litbang).
Amesh Adalja menambahkan hikmah dari pandemi Covid-19 adalah transparansi.
Begitupula kondisi ketidakpercayaan antara dokter penyakit menular, praktisi kesehatan masyarakat, dan masyarakat.
Hal ini terjadi akibat politisi ikut campur dalam merespon pandemi Covid-19.
“Masyarakat mungkin tidak menerima tindakan perlindungan yang direkomendasikan oleh pejabat kesehatan masyarakat,” tuturnya.
WHO bekerja sama dengan organisasi dunia menerapkan inisiatif sebagai persiapan menghadapi pandemi atau epidemi besar berikutnya.
Upaya-upaya ini meliputi pendanaan pandemi guna membantu negara-negara yang tidak memiliki sumber daya, pusat transfer teknologi vaksin mRNA.
Dengan begitu kesetaraan vaksin dapat diperoleh negara-negara berpenghasilan rendah.
Selain itu pusat intelijen pandemi dan epidemi untuk meningkatkan pengawasan kolaboratif antar negara.
Sementara itu laman Al Jazeera menyebutkan penyakit X bukan penyakit spesifik, tapi nama yang diberikan untuk agen infeksi baru yang potensial.
Langkahnya guna mewakili suatu penyakit yang belum diketahui namanya, tetapi keberadaan ini bisa mengancam mikroba yang serius bagi manusia pada masa depan.
Apalagi, banyak reservoir virus beredar di satwa liar yang dapat menjadi sumber penyakit menular baru yang tidak dapat dilawan oleh manusia. (rpo/adm)