Environment

Penerapan ESG Sebagai Pertimbangan Investasi, Investor Ingin Modalnya Aman

Perusahaan ini membuat laporan khusus tentang keberlanjutan sesuai dengan Peraturan Otoritas Jasa Keuangan (POJK).

Jakarta, isafetymagazine.com – Bursa Efek Indonesia (BEI) mengingatkan aspek environmental, social, and governance (ESG) berperan sebagai faktor penentu bagi investor sebelum menanamkan modalnya di pasar Indonesia.

Produk investasi berbasis ESG mencapai pertumbuhan dari jumlah satu pada 2015 menjadi 24 pada 2025 dengan nilai aset kelolaan (AUM) sekitar Rp40 miliar untuk investasi pasif.

“Index ESG yang menggunakan faktor ESG dalam pertimbangan keputusan investasi memberikan return yang lebih tinggi untuk jangka panjang, dibandingkan indeks non-ESG,” kata Kepala Divisi Pengembangan Bisnis 2 PT Bursa Efek Indonesia (BEI), Ignatius Denny Wicaksono.

Pada kesempatan yang sama Director of Legal, External Affairs, and Circular Economy Chandra Asri Group, Edi Rivai menambahkan jumlah investor yang mempertimbangkan prinsip ESG perusahaan sebelum melakukan investasi makin banyak seperti Chandra Asri.

“Pelanggan kita banyak dari luar negeri. Mereka ingin memastikan bagaimana investasi mereka secure. Salah satunya dari ESG,” ujarnya.

Perusahaan ini membuat laporan khusus tentang keberlanjutan sesuai dengan Peraturan Otoritas Jasa Keuangan (POJK).

“Untuk melakukan pelaporan suistainability, perseroan pun sudah ada framework,” ujarnya.

Presiden Direktur Institute for Sustainability and Agility (ISA), Maria R. Nindita Radyati mengemukakan Katadata ESG Index 2025 mengemukakan indeks ESG yang terbuka dan dapat diakses publik dapat membantu mengedukasi sumber daya manusia (SDM) di perusahaan.

Perusahaan bisa membandingkan kinerja ESG miliknya dengan kinerja ESG perusahaan lain pada dasbor Katadata ESG Index 2025.

Kemudian ini dipelajari dan menjadi motivasi. Ada korelasi antara penerapan ESG dengan nilai-nilai perusahaan.

Indeks ini bisa menjadi acuan bagi perusahaan yang ingin menerapkan prinsip-prinsip ESG.

“Ada riset terakhirnya. Kalau dijalankan satu per satu tidak terlalu berkorelasi. Tapi, kalau tiga-tiganya sekaligus, itu berkorelasi,” ujarnya

Maria R. Nindita Radyati mengemukakan perusahaan perlu memiliki komitmen keberlanjutan dan sejumlah kendala yang sering dijumpai internal perusahaan.

Hal yang dimaksud seperti persoalan kepemimpinan, cara pandang, dan sumber daya perusahaan yang belum cukup kuat berkomitmen.

Selain itu masalah ketersediaan data dan sistem, keuangan dan sumber daya, serta assurance and control.

“Perlu melakukan assurance, jadi tidak overclaim,” tuturnya. (adm)

Sumber: Fortune Indonesia

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Back to top button