Event HSE

Penerapan K3 di Perusahaan Dinilai Masih Bersifat Reaktif

Para mahasiswa Fakultas Kedokteran, Presuniv diperkenalkan budaya K3 melalui kurikulum dan kecirian kesehatan kerja sejak dini.

Bekasi, isafetymagazine.com – Guru Besar Fakultas Kedokteran, President University (Presuniv) Budi Setiabudiawan meminta penerapan keselamatan dan kesehatan kerja (K3) memprioritaskan upaya-upaya yang bersifat promotif dan preventif.

Langkah ini dinilai lebih penting dibandingkan reaktif dan kuratif.

“Dari situ terlihat bahwa K3 masih belum menjadi budaya perusahaan,” katanya.

Pernyataan ini disampaikannya dalam ‘Seminar Budaya K3, Sehat dan Selamat dalam Bekerja, Terjaga Kelangsungan Usaha di Tempat Kerja, Bergerak Bersama Komunitas Industri Jababeka’ di President University Convention Center, Jalan H. Usmar Ismail, Kawasan Industri Jababeka, Cikarang, Bekasi pada Jumat (26/1/2024).

Koordinator Pemeriksaan Norma K3, Ditjen Pembinaan Pengawasan Ketenagakerjaan dan K3, Kemnaker, Sudi Astono menambahkan daya saing suatu negara akan turun akibat kenaikan kasus kecelakaan kerja.

“Jika Indonesia ingin meningkat daya saingnya, upaya-upaya promotif dan preventif harus diutamakan, bukan sebaliknya, reaktif dan kuratif,” ucapnya.

Kelompok terbesar mengalami kecelakaan kerja (KK) dan penyakit akibat kerja (PAK) pada usia 25 sampai 30 tahun.

“Mereka betul-betul kelompok usia yang sangat produktif. Ini tentu menjadi kerugian bagi kita,” tuturnya.

Wakil Rektor Bidang Sumber Daya, Presuniv, Maria Jacinta Arquisola, mengamini biaya yang mesti ditanggung perusahaan mengalami kenaikan jika terjadi kecelakaan kerja.

“Padahal, kecelakaan kerja bisa terjadi di mana saja, kapan saja,” ujarnya.

Sementara itu Budi Setiabudiawan menilai perubahan lingkungan kerja mesti diantisipasi semua pihak.

Sekarang Indonesia berada pada masa transisi menuju era Industry 5.0. Era ini akan memicu munculnya beberapa perubahan.

“Munculnya budaya kerja baru, bentuk dan pola kerja baru, perubahan jam kerja, dan bahkan lahirnya profesi-profesi baru,” ujarnya.

“Kondisi tersebut memerlukan penyesuaian, transformasi dan inovasi, pada semua sektor kehidupan dengan tetap menjaga efektivitas dan efisiensi dalam mencegah terjadinya kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja (PAK)”.

Dengan begitu para mahasiswa Fakultas Kedokteran, Presuniv diperkenalkan budaya K3 melalui kurikulum dan kecirian kesehatan kerja sejak dini.

“Ini agar mereka lebih memahami upaya untuk meningkatkan keselamatan dan kesehatan pekerja, dan bisa melakukan inovasi baru dalam bidang K3,” ucapnya. (snc/adm)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *




Enter Captcha Here :

Back to top button