Health

Persoalan di Lingkungan Kerja Bisa Ganggu Kesehatan Mental Pekerja

Bullying telah berkembang sekarang tidak hanya sebatas verbal dan fisik.

Jakarta, isafetymagazine.com – Dokter Spesialis Kedokteran Okupasi, Palupi Agustina Djayadi menilai persoalan yang terjadi dalam lingkungan pekerjaan bisa mengganggu kesehatan mental pekerja.

Persoalan itu seperti ketidakjelasan peran karena ada kaitannya posisi kerja tidak sesuai dengan latar belakang pendidikan atau tempat kerja belum punya manajerial yang baik.

Kemudian, konflik peran antara pribadi dan profesionalitas akibat kasus asmara atau suami-istri dalam kantor yang sama.

“Ada juga masalah beban kerja berlebih yang bisa memicu stres. Bahkan beban kerja yang kurang dari ekspektasi pun bisa membuat stres karena persepsi bisa menjadi stres, dengan asumsi individu tersebut sebagai tidak perform,” katanya.

Pengembangan karir yang stagnan juga bisa menjadi stres bagi pekerja atau akselerasi jenjang karir yang terlalu cepat juga bisa menjadi stres, karena perubahan cepat.

Padahal saat seseorang jatuh merupakan proses seseorang mematangkan diri, sehingga bisa siap menghadapi tantangan dan matang secara pengalaman.

“Masalah selanjutnya yakni tanggung jawab terhadap orang lain terutama pada kesejahteraan tim di bawahnya, ada konflik tim di bawahnya maka yang bersangkutan ikut merumuskan dan memecahkan masalah,” ujarnya.

Terakhir, masalah bullying (perundungan) secara horizontal atau vertical yang bisa berakibat stres hingga mau bunuh diri.

Bullying telah berkembang sekarang tidak hanya sebatas verbal dan fisik seperti orang yang perfeksionis sering dibantu akan merasa demotivasi dan merasa tidak perform dalam pekerjaan.

Selain itu sesuatu yang dilakukan baik tapi rekan kerja tidak suka, maka bisa termasuk perundungan.

“Saat stres hormonnya akan terbentuk dan adrenalin dan stres ada gejala jantung berdebar, metabolisme naik hingga kognitif terganggu, dan burn out disebabkan kelelahan psikis dan fisik disebabkan oleh pekerjaan,” tuturnya.

Dampaknya juga bisa perubahan perilaku dalam kerja seperti absenteeism yang tidak masuk kerja, presenteeism hadir tapi tidak terlihat, menarik diri dan cenderung sendiri, demotivasi, sensitif, impulsif, atau produktivitas menurun.

“Untuk pengelolaan stres dengan olahraga dengan merilisnya hormon endorfin. Olahraga yang disukai, afirmasi seperti mendengar atau mengucapkan apresiasi yang positif terkait diri sendiri termasuk istiqomah atau konsisten,” ujarnya. (mio/adm)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *




Enter Captcha Here :

Back to top button