Makassar, isafetymagazine.com – Berdasarkan data kasus kecelakaan kerja di Indonesia dari tahun ke tahun terus menunjukkan peningkatan.
Padahal, sudah banyak program keselamatan dan kesehatan kerja (K3) diterapkan, tapi dalam kenyataannya kasus kecelakaan juga masih reatif tinggi.
“Kecelakaan-kecelakaan ini terjadi di tengah berbagai program K3 bukan karena ketidakadaan program K3, bisa jadi manajemen perusahaan tidak pernah mengajari pekerja tentang prinsip dan filosofi penerapan K3, namun hanya mengajarkan tentang pasal-pasal aturan dan prosedur, dan itupun masih sangat terbatas,” kata Wakil Ketua Dewan K3 Provinsi Jawa Timur (Jatim), Edi Priyanto.
Hal ini disampaikannya dalam seminar internasional K3 yang digelar Balai Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) dan beberapa perusahaan di Sulawesi Selatan (Sulsel) di Hotel Myco, Makassar pada Selasa, 16 Januari 2024.
Seminar ini bertema membangun road map dalam menjadikan K3 sebagai pendorong peningkatan daya saing Sulsel. Langkahnya juga sebagai upaya optimalisasi implementasi K3 yang produktif, inovatif, dan kompetitif serta dalam rangka kegiatan bulan K3 di Sulsel.
“Beberapa tantangan dalam penerapan K3 saat ini seperti beban kerja yang tinggi, perubahan cepat dalam lingkungan kerja, dan isolasi sosial dapat berkontribusi pada masalah kesehatan mental,” ujarnya.
Tantangan berikutnya, ucap Edi Priyanto, adalah banyak pekerja terkadang mengesampingkan aspek K3 karena dianggap kurang kepraktisan dan terlalu ribet dalam bekerja.
“Demikian halnya dengan perkembangan teknologi seperti kecerdasan buatan, robotika, dan otomasi industri dapat mengubah lanskap pekerjaan dan memperkenalkan risiko baru,” ucap Direktur Sumber Daya Manusia (SDM) Subholding Pelindo Multi Terminal (SPMT) ini.
Organisasi yang beroperasi secara global atau yang memiliki tenaga kerja yang sangat beragam juga menghadapi tantangan dalam mengelola perbedaan budaya, regulasi, dan kebijakan K3 di berbagai lokasi.
Begitupula model kerja yang lebih fleksibel, seperti bekerja dari rumah atau jadwal kerja yang tidak konvensional dapat menyulitkan pengawasan dan penegakan standar K3. Tak hanya itu, perubahan dalam regulasi K3 juga dapat mempengaruhi cara organisasi mematuhi standar keselamatan.
“Upaya yang bisa dilakukan untuk menghadapi tantangan tersebut, diperlukan keterlibatan aktif pekerja dalam pembudayaan K3. Salah satunya adalah bagaimana partisipasi aktif pekerja dalam kegiatan K3, selanjutnya menjalankan dan melaksanakan kegiatan dengan cara yang aman,” tutur Edi Priyanto.
Dengan begitu pekerja diharapkan memberikan masukan tentang kondisi berbahaya di lingkungan kerja dan penyusunan prosedur dan cara kerja aman. Pekerja juga diminta mengingatkan pekerja lain mengenai bahaya ditempat kerja.
“Attitude (perilaku/sikap positif) sangatlah penting dalam individu untuk menerima, memahami dan melaksanakan perilaku aman (safe behavior). Struktur pembentukan budaya keselamatan berawal dari perilaku aman individu,” ucapnya.
Sementara itu sejumlah pembicara lain yang hadir dalam seminar internasional K3 di Makassar yakni Direktur Bina Kelembagaan K3 Kemenaker, Hery Sutanto. Dia menyampaikan tentang kebijakan Ke secara nasional.
Kemudian, Grup Senior OHS Manager Interflour Group, Aizul Azudin menyampaikan tentang urgensi pemenuhan dan penerapan standart K3 dalam pasar global.
Terakhir, Director Eksternal Relations PT Vale Indonesia, Endra Kusuma mengemukakan materi bertema peran korporasi dalam mendukung peningkatan kapasitas Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM).
Terakhir, Andi Murniaty dari PT PLN (Persero) mengungkapkan materi aspek keselamatan dalam hal energi terbaharukan. (adm)