Berlin, isafetymagazine.com – Virolog Jerman memperingatkan geombang keempat penularan Covid-19 bisa terjadi di negara tersebut.
Prediksi ini didasarkan sebanyak 50.000 kasus Covid-19 terjadi di sana pada Kamis (11/11/2021) atau naik dibandingkan sehari sebelumnya hampir 40.000 kasus tadi.
“Kita harus bertindak sekarang,” kata Ahli Virologi Christian Drosten.
Dengan demikian, Jerman diperkirakan mengalami sebanyak 100.000 orang meninggal dunia akibat Covid-19. Hingga kini sebanyak 97.000 kematian akibat penyakit tersebut.
Salahsatu negara bagian Jerman, Saxony menghadapi 459 kasus Covid-19 per 100.000 orang selama seminggu terakhir. Angka ini melebihi rata-rata nasional sebesar 232 kasus Covid-19.
Sebelumnya, World Health Organization (WHO) memperkirakan sebanyak 500.000 kematian akan bertambah di Eropa akibat Covid-19 sampai Februari 2022. Hingga kini sebanyak 1,4 juta kematian telah terjadi di sana lantaran penyakit tersebut.
Sebanyak 55% lebih kasus Covid-19 telah melonjak di Eropa selama empat minggu terakhir. Kondisi ini membuat Eropa diingatkan bisa menjadi episentrum pandemi Covid-19.
Lonjakan kasus Covid-19 di Eropa diduga akibat pemberian vaksin Covid-19 yang tidak cukup.
“Kita harus ubah taktik kita, dari bereaksi terhadap lonjakan Covid-19 menjadi mencegahnya sejak awal,” ujar Direktur WHO Eropa, Hans Kluge.
Pemerintah Jerman menduga penyebab lonjakan kasus Covid-19 di Jerman akibat program imunisasi ini berjalan lambat di sana.
Walaupun, sebanyak 69,8% populasi di negara ini telah menerima vaksinasi pertama Covid-19 dan sebanyak 67,3% populasi telah divaksinasi lengkap.
Namun, sebanyak 16 juta orang berusia 12 tahun ke atas di Jerman belum melakukan vaksinasi Covid-19. Mereka sudah dibujuk pemerintah negara iui untuk melakukannya.
Jumlah vaksinasi Covid-19 di Jerman dinilai lebih kecil ketimbang Inggris telah meraih vaksinasi ini secara lengkap bagi usia 12 tahun ke atas sebesar 79,8%.
“Kita mengalami pandemi terutama di antara mereka yang tidak divaksinasi dan sangat masif,β kata Menteri Kesehatan Jerman, Jens Spahn pada beberapa waktu lalu.
Salah satu negara bagian Jerman Saxony hanya mencapai tingkat vaksinasi sebesar 57% dari populasi. Tidak heran dari 18 pasien Covid-19 hanya empat yang sudah melakukan vaksinasi tersebut.
βSebagian besar penduduk masih meremehkan masalah ini,β ucap Sebastian Stehr.
Dengan begitu Pemerintah Jerman meminta vaksinasi Covid-19 booster (penguat) segera berlangsung di negaranya. Lonjakan kasus Covid-19 di negara ini akibat orang-orang tidak mau divaksinasi Covid-19.
Tudingan ini memicu kemarahan kelompok warga yang antivaksin di Jerman dengan melakukan protes di Leipzig pada pekan lalu.
“Kami ingin menyatakan dengan tegas bahwa kami tidak menerima ini di masyarakat kami,” kata Leif Hansen, yang mewakili kelompok anti-vaksin Bewegung Leipzig.
Para politisi khawatir tudingan pemerintah penyebab lonjakan kasus Covid-19 akibat penolakan vaksinasi ini akan berakibar perpecahan sosial di Jerman.
.Calon pengganti Kanselir Jerman Angela Merkel, Olaf Scholz, menambahkan pusat-pusat vaksinasi Covid-19 di Jerman harus dibuka kembali bagi banyak warga negara tersebut.
“Virus itu masih ada di antara kita dan mengancam kesehatan warga,” ucapnya.
Beberapa negara bagian Jerman yang mengalami lonjakan kasus Covid-19 seperti Saxony, Bavaria, dan Berlin.
Negara-negara ini telah memberlakukan aturan pembatasan-pembatasan baru terhadap orang yang tidak divaksinasi di sebagian besar tempat-tempat umum dalam ruangan.
Pemerintah Saxony telah melarang orang yang tidak mau divaksinasi datang ke bar, restoran, acara publik, fasilitas olahraga dan rekreasi. (cnbc/rtr/bbc/adm)