Jakarta, isafetymagazine.com – Dinas Penanggulangan Kebakaran dan Keselamatan (Gulkarmat) DKI Jakarta melaporkan sebanyak 1.059 kebakaran terjadi di provinsi tersebut sampai sekarang yang bisa saja bertambah angkanya sampai akhir 2022.
Tahun lalu sebanyak 1.532 kebakaran dialami Jakarta atau naik dibandingkan 2020 dari 1.501 kebakaran. Angka ini turun dibandingkan 2019 dari sebanyak 2.161 kebakaran.
Dari lima tahun terakhir kebakaran di Jakarta disebut Dinas Gulkarmat DKI Jakarta terjadi akibat korsleting (arus pendek) listrik sebesar 60% atau 4.829 kejadian.
Kemudian, sebanyak 14% atau 1.180 kejadian akibat penyebab lainnya, sebanyak 10,7% atau 804 akibat gas, 3% atau 295 kejadian akibat rokok, dan 0,4% atau 37 kejadian.
Kepala Dinas Gulkarmat DKI Jakarta, Satriadi mengemukakan korsleting listrik bisa terjadi akibat banyak warga yang menggunakan listrik dengan instalasi tidak sesuai peruntukannya.
Selain itu akibat kualitas peralatan yang tidak sesuai dengan Standar Nasional Indonesia (SNI), bahkan kerap ditemukan pencurian listrik.
“Padatnya Jakarta oleh hunian dan bangunan yang berdempetan, sehingga akhirnya api akan cepat merembet ke bangunan yang sebagian besar berbahan bangunan yang mudah terbakar,” ujarnya.
Sementara itu Perusahaan Listrik Negara (PLN) mengaku inspeksi rutin dilakukannya terhadap jaringan listrik yang menjadi asetnya mulai dari pembangkit sampai ke kWh meter.
Selain itu melakukan penertiban terhadap temuan kelainan pengaliran listrik sesuai daya berlangganan.
Namun, PLN mengungkapkan batas dan wewenangnya hanya dari gardu listrik sampai kWh meter, sedangkan aliran listrik ke dalam rumah pelanggan menjadi hak dan wewenang pelanggan itu sendiri.
“Kami mengingatkan agar menggunakan perangkat listrik yang disesuaikan kebutuhan, kemudian tidak mengutak-atik kWh meter PLN yang berada di rumah pelanggan, tidak mengambil listrik langsung dari tiang, karena selain berbahaya juga termasuk dalam pelanggaran,” ujar General Manager PLN Unit Induk Distribusi Jakarta Raya Doddy B. Pangaribuan.
Sumber Air Terbatas
Dinas Gulkarmat DKI Jakarta mengungkapkan pemadaman kebakaran sulit dilakukannya akibat sumber air sedikit, walaupun infrastruktur hidran sebagai pendukung usaha pemadaman terdapat di Jakarta.
Namun, dari 1.213 hidran di Jakarta hanya sekitar sepertiga atau 421 hidran yang memiliki tekanan cukup untuk pemadaman.
Dengan demikian, Dinas Gulkarmat DKI Jakarta melakukan pembangunan hidran mandiri sebagai upaya mempercepat penanggulangan kebakaran di wilayah padat penduduk. Selama ini pemukiman padat penduduk tidak punya atau jauh dari sumber air perpipaan dan alami.
Hidran mandiri dibangun Dinas Gulkarmat DKI Jakarta di tengah perkampungan dengan sumber air berasal dari air hujan yang ditampung pada tandon bawah tanah.
Kemudian, ini dialirkan ke berbagai titik yang sudah ditentukan untuk petugas pemadam kebakaran.
Sebanyak 16 lokasi hidran mandiri terdapat di Jakarta dengan total panjang pipa penyalur air 11.529 meter, box hidran 153 buah, siamese conection 25 buah, dan sebanyak 12 buah hidran pilar.
“Ke depan kami akan menambah lagi. Kami prioritaskan pada daerah-daerah yang padat hunian, jauh dari sumber air, dan jauh dari pos pemadam kebakaran,” ucapnya.
Persoalan lainnya yang dihadapi Dinas Gulkarmat DKI Jakarta adalah selama ini air hidran disuplai dari air perpipaan yang dikelola oleh Aetra dan Palyja. Saluran air ini juga berbagi untuk perkotaan dan konsumsi perumahan, sehingga tekanan air menjadi kecil.
“Terlebih air perpipaan juga belum sampai ke semua tempat. Akhirnya kami mengandalkan sumber air alam seperti got, kali atau saluran,” tuturnya.
Selain itu pemasangan teralis besi di jendela bangunan, seperti kejadian enam penghuni indekos meninggal dunia dan tiga lainnya terluka bakar di Jalan Duri Selatan, Duri Selatan, Tambora, Jakarta Barat pada Rabu (17/8/2022) pagi.
Polisi menduga korban sulit menyelamatkan diri akibat teralis besi yang terpasang dari lantai dua hingga empat ruko. Jadi, ini menjadi jebakan maut saat kebakaran.
Pada sisi lain Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI Jakarta menyebutkan relokasi warga akan dilakukan ke hunian baru berupa rumah susun yang memiliki bahan bangunan tidak mudah terbakar.
Selain itu guna menghindari jalan yang tergolong sempit dan tidak bisa dilewati truk pemadaman kebakaran (damkar).
Rumah susun merupakan hunian vertikal yang dinilai memiliki perencanaan cukup guna mencegah kebakaran dan mengantisipasi kehilangan nyawa.
Penyediaan rumah susun diprioritaskan untuk warga kurang mampu, warga perkampungan padat terdampak penggusuran, para korban terdampak banjir dan korban kebakaran di Jakarta.
“Yang pasti kita terus melakukan pembangunan rusun sewa untuk warga, dan termasuk korban banjir dan kebakaran, itu yang menjadi prioritas,” ucap Wakil Gubernur (Wagub) DKI Jakrta, Ahmad Riza Patria. (ant/adm)