CALIFORNIA, ISafetyMagz.com – Phising dan keylogging disebut Google sebagai metode pencurian data paling populer di dunia maya. Setidaknya ada sekitar 788.000 korban keylogging dan 12,4 juta korban phising yang ditemukan para peneliti Google.
Sementara setiap pekannya, ada 234.887 informasi login yang valid jadi korban phishing dan 14.879 kredensial yang kena keylogging. Ini artinya ada sekitar 250.000 kredensial dicuri per pekan.
Kredensial ini berisi data pribadi yang semestinya dirahasiakan, diantaranya berisi nama pengguna (user name), kata kunci, nomor kartu kredit dan berbagai kode rahasianya, hingga nama ibu.
Phising sendiri adalah metode pencurian data dengan menipu pengguna. Misal dengan mengirim email palsu yang berpura-pura menjadi akun sosial media tertentu yang kemudian meminta pengguna memberi informasi pengguna dan kata kunci. Variasi teknik lainnya adalah dengan melakukan telepon palsu.
Sementara keylogging adalah metode pencurian data pengguna dengan mengambil informasi rahasia pengguna dengan merekam ketikan kibor fisik di perangkat pengguna.
Hal tersebut merupakan hasil penelitian Google dengan menggandeng University of California Berkeley. Mereka membuat sistem pendeteksi data pribadi, khususnya pemilik akun Google, yang dicuri para peretas di internet.
“Salah satu yang menarik adalah skala informasi individu di luar sana dan bisa diakses oleh para pembajak,” ujar ahli keamanan Google Kurt Thomas, Kamis (9/11).
Sistem Google itu lantas ‘blusukan’ menyelidiki forum-forum internet dan pasar gelap yang biasa jadi langganan para tukang retas. Hasilnya ada sekitar 25.000 alat retas yang sering dipakai para penjahat siber.
Alat-alat retas itu menurut Thomas bisa ditemui dengan mudah. Bahkan mereka yang tak punya rekam jejak di kejahatan siber pun bisa dengan gampang memperolehnya.
Sasaran para penjahat siber ini bukan melulu nama pengguna dan kata sandi. Sejumlah akun yang memerlukan informasi pribadi selain kedua hal tadi memaksa para peretas lebih kreatif. Ini sebabnya tipe informasi yang dicari dan dicuri meliputi lokasi, nomor ponsel, dan lainnya.
Faktor keamanan salah satu faktor yang paling diperhatikan oleh Google. Dengan layanan mereka yang beragam dan digunakan banyak orang, keamanan data pribadi adalah bagian dari bisnis.
Masalahnya kewaspadaan publik mengenai isu ini tak sebesar Google atau perusahaan sejenis. Data dari Duo Security menunjukkan hanya 28 persen warga Amerika Serikat menerapkan keamanan berlapis di akunnya seperti multi-factor authentication.
Saking perhatiannya di isu ini, Google berniat membagikan hasil studi mereka ke perusahaan teknologi lain.
“Kita sering membicarakan bagaimana maskapai penerbangan tidak berkompetisi mana yang lebih sering kecelakaan. Sama seperti itu, kami merasa isu keamanan bukan sesuatu yang bisa disimpan sendiri,” pungkas Mark Risher, direktur produk di Google.
Dari studi tersebut, Google mengklaim berhasil mencegah 67 juta akun Google diperdaya oleh para peretas. Kejahatan siber tetap jadi kekhwatiran bagi para pelaku bisnis internet, tak terkecuali Google.
Sumber: cnnindonesia