Health

Apa Penyebab Karyawan di Asia Mengalami Kelelahan Mental?

Karyawan dminta melakukan keseimbangan antara bekerja dan istirahat supaya bisa tetap produktif dan bahagia.

Jakarta, isafetymagazine.com – Data McKinsey menyebutkan seperempat karyawan di dunia mengalami kelelahan mental. Bahkan, angka itu mencapai satu dari tiga karyawan di Asia.

Salah satu penyebab kelelahan mental karyawan di Asia Pasifik seperti Jakarta akibat jam kerja paling panjang, tapi waktu istirahat paling pendek.

Dari kelelahan mental yang dialami karyawan terjadi pemutusan hubungan kerja (PHK), ketidakhadiran, dan pengurangan karyawan.

Langkah ini dapat dikurangi pemberi kerja menciptakan ruang yang aman, mendorong staf berbagi perjuangan kesehatan mental, dan mendukung karyawan mengatasi berbagai tantangannya.

Hal lainnya yang dapat dilakukan perusahaan dengan mengubah cara berbicara tentang kesehatan mental dan kelelahan. Jangan perusahaan mengabaikan, menyepelekan, dan menganggap kesehatan mental bisa dipikirkan setelah mencapai titik puncaknya.

Kemudian, perusahaan diminta tidak pelit berinvestasi untuk menyelenggarakan program yang lebih panjang dan intensif guna menciptakan tempat kerja yang sehat.

Sementara itu 3M telah mendedikasikan waktu selama satu bulan untuk kesadaran kesehatan mental dengan berbagi serangkaian konten dan acara bagi karyawan.

Perusahaan ini juga mendirikan Mental Health Advocacy Group (Grup Advokasi Kesehatan Mental) yang dipimpin oleh karyawan sendiri.

Kegiatan ini juga melayani semua individu dan mitra guna menavigasi masalah kesehatan mental dengan menyediakan sumber daya sesuai kebutuhan.

Program kesehatan mental dan kebugaran akan membantu mendorong karyawan bisa melihat kesehatan mental sebagai bagian lain dari kesehatan dan kesejahteraannya.

Kerja dan Istirahat
Pada saat yang sama karyawan diminta melakukan keseimbangan antara bekerja dan istirahat supaya bisa tetap produktif dan bahagia. Langkah ini dilakukan dengan karyawan memiliki rasa belas kasih dan memahami diri sendiri dan orang lain.

Perusahaan juga diharapkan mendorong karyawan mengutamakan kebiasaan dan hobi yang sehat.

Selain itu memberikan karyawan dapat mengatur jadwal kerja dan istirahat secara otonomi dan fleksibilitas sesuai kebutuhan dan bantuan profesional sesuai keperluan.

β€œDi 3M, kami telah melihat bagaimana program Work Your Way, sebuah pendekatan berbasis kepercayaan dari 3M yang memungkinkan karyawan membuat jadwal yang membantu mereka untuk bekerja kapan dan di mana saja dengan cara yang paling efektif, telah mengubah cara karyawan bekerja dengan mengembangkan budaya yang gesit, inklusif, dan kolaboratif,” kata Jim Falteisek, Senior Vice President, 3M Asia Corporate Affairs and Managing Director of 3M Korea.

Perusahaan juga diminta menciptakan lingkungan yang aman untuk membicarakan kesehatan mental. Langkah ini bisa dilakukan dengan menyelenggarakan Employee Assistance Program/EAP (Program Bantuan Karyawan).

β€œKami memahami bahwa sulit untuk memisahkan pekerjaan dan kehidupan pribadi. Dengan demikian, karyawan juga dapat memanfaatkan layanan ini untuk masalah yang mereka hadapi dalam kehidupan pribadi mereka juga,” ujarnya.

EAP yang didirikan 3M menyediakan hotline tele-konseling sehingga karyawan dapat melakukan konsultasi bersifat rahasia dan tidak terbatas masalah di tempat kerja.

β€œPara profesional EAP membantu karyawan menilai kekhawatiran ini dan mengembangkan rencana tanggapan. Mereka akan memberikan informasi, pemecahan masalah, bimbingan, pembinaan, saran, dan dukungan berkelanjutan, sesuai kebutuhan. Mereka juga akan menyarankan sumber daya di dalam dan di luar 3M,” ucap Jim Falteisek.

Jangan Biarkan Sendirian
3M juga memperluas EAP bagi keluarga dan kelompok kerja, seperti pensiunan karyawan atau orang-orang yang berada dalam tanggungan karyawan

Seseorang tidak boleh berjuang dengan kesehatan mental sendiri, sehingga 3M bertanggung jawab supaya karyawan merasa aman di tempat kerja dan nyaman menjadi diri sendiri.

Inisiatif-inisiatif ini akan sangat membantu untuk mendukung kesehatan karyawan dan membantu mengatur kebutuhan sehari-hari.

Para pemimpin perusahaan juga diminta memberikan contoh bagi karyawan, berbagi pengalaman, memberi masukan secara terbuka guna membesarkan hati para staf.

Pelatihan kesehatan mental diselenggarakan bagi para pemimpin dan manajer yang diminta menyisihkan waktu untuk mengecek karyawan secara individu.

Langkah ini dilakukan dengan tiga hal yakni pertama, tetap berpikiran terbuka dan hindari komentar yang mungkin bisa disalahartikan sebagai penghakiman atau meremehkan pengalaman seseorang.

Kedua, berlatih mendengarkan secara aktif dan ketiga, tanyakan apa yang dapat pimpinan lakukan dan tindak lanjuti. Misalnya, pimpinan dapat membantu anggota tim mengatur beban kerja dan jam kerja mereka.

Selain itu membantu karyawan untuk mencari bantuan profesional dalam kesehatan mental lantaran pimpinan bukan ahlinya. Hal lainnya membangun kepercayaan sebagai pertukaran dua arah.

Perusahaan berperan dalam kesehatan mental karyawan dengan menjaga kebahagiaan, kesehatan, dan kesejahteraan. (adm)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *




Enter Captcha Here :

Back to top button