Jakarta, Isafetymagz – Peristiwa alam berupa hari tanpa bayangan akan dialami oleh Indonesia, tepat pada siang ini. Fenomena tersebut muncul karena saat ini posisi Matahari berada di garis ekuator atau khatulistiwa.
Sehingga, ketika memasuki siang harinya. Matahari yang tepat di atas ekuator itu membuat siang yang biasanya memiliki bayangan, maka kali ini tidak akan tampak. Kondisi itu bisa dilihat dengan menggunakan tongkat yang berdiri tegak.
Rhorom Priyatikanto dari Pusat Sains Antariksa Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN) mengatakan, posisi Matahari berada di garis ekuator sudah di mulai sejak memasuki tanggal 21 Maret.
“Saat tengah hari, Matahari hampir tepat di atas kepala (titik zenith). Saat itu, tugu atau objek yang berdiri tegak di ekuator akan tampak hampir tidak memiliki bayangan,” ujar Rhorom.
Sebagai catatan, peristiwa hari tanpa bayangan ini tidak berlaku bagi pohon rindang karena tetap mempunyai bayangannya tersendiri. Kemudian, sebelum dan setelah tengah hari, sebab tonggak atau tugu akan kembali memiliki bayangannya.
“Matahari melintas di atas kepala. Dampaknya, saat itu Matahari akan lebih terik dibandingkan saat solstice,” kata dia.
Tugu Khatulistiwa menjadi spot terbaik menikmati Hari Tanpa Banyangan. Foto: (Rachman Haryanto/detik.com)
Sebagai informasi, solstice atau titik balik Matahari adalah ketika surya berada di titik paling utara dan paling selatan. Solstice menandai puncak musim panas atau musim dingin.
Selain itu, hari tanpa bayangan ini juga berpotensi menggangu komunikasi radio hingga sinyal GPS. “Untuk sinyal telepon seluler tidak akan terpengaruhi karena alur komunikasinya via tower BTS (Base Transceiver Station). Tidak sampai ke satelit,” ungkap Rhorom.
Namun, kata Rhorom melanjutkan, teknologi yang menggunakan satelit akan cukup terdampak peristiwa hari tanpa bayangan ini.
“Kalau teknologi VSAT, telepon satelit, TV kabel yang pakai parabola akan mengalami sun outage, yakni tidak bisa dapat sinyal karena satelit pemancar berada dekat dengan Matahari,” sebut Rhorom.
Foto: Dok. LAPAN
Indonesia, disebutkan LAPAN, mengalami hari nir bayangan sebanyak dua kali pada tahun ini, yaitu pada 21 Maret dan 23 September 2018. Daerah-daerah yang berada dilalui garis khatulistiwa akan mengalami fenomena alam ini.
Peristiwa hari tanpa bayangan terjadi karena Bumi beredar mengitari Matahari pada jarak 150 juta kilometer dengan periode sekitar 365 hari. Garis edar Bumi berbentuk agak lonjong sehingga Bumi kadang bergerak lebih cepat dan kadang bergerak lebih lambat.
Bidang edar Bumi disebut sebagai bidang ekliptika. Bidang ini miring sebesar 23,4 derajat terhadap bidang ekuator Bumi. Karenanya, Matahari tampak berada di atas belahan Bumi utara selama sekitar setengah tahun dan berada di atas belahan Bumi selatan setengah tahun sisanya.
“Perubahan posisi tampak Matahari menyebabkan perubahan musim di Bumi, misalnya empat musim di daerah subtropis dan juga musim kering-basah di wilayah Indonesia,” jelas Kepala Bagian Hubungan Masyarakat LAPAN Jasyanto.
Sumber : detik.com