Advertisement CIOSH Thailand
Fire Safety

Siapa Penanggungjawab Kebakaran Kendaraan Listrik di Indonesia?

Untuk mematikan api dibutuhkan bahan kimia yang berbahan ion untuk melawan kebakarannya.

Jakarta, isafetymagazine.com – M-Fire Technologies menyarankan pemerintah memitigasi risiko peristiwa kebakaran yang berpotensi terjadi pada kendaraan listrik. Pasalnya, kejadian itu sulit diatasi oleh pengguna kendaraan listrik termasuk dinas pemadam kebakaran (damkar).

“Proses terbakar ini terjadi akibat karena efek pemanasan dalam baterai, kalau baterai kecil seperti komputer dan power bank, yang baterainya langsung terlihat relatif lebih mudah dipadamkan dengan APAR (alat pemadam ringan) kelas B atau kelas D,” kata Presiden Direktur (Presdir) PT Hartindo Chemicatama Industri sebagai principal M-Fire Technologies di Indonesia, Randall Hart.

Keterangan ini disampaikannya dalam ‘Webinar World FireFighter Day: Prevent Fire and Safe Life’ yang diselenggarakan oleh World Safety Organization (WSO) Indonesia pada Sabtu (6/5/2023) secara daring.

Apalagi, APAR hanya bisa memadamkan api sementara waktu saja, tetapi tidak dapat menghentikan api secara permanen yang bisa menyala kembali akibat tidak terdapat pendinginan di baterai tersebut. Api ini bisa menyala kembali berhari-hari setelah dapat dipadamkan beberapa jam.

“Jadi, kalau api baterai sudah padam baterai, kita perlu mengisolasi ini ke luar ke tempat yang tidak mudah terbakar,” ujarnya.

Handall Hart mengemukakan walaupun api baterai sudah mati, tapi efek pemanasan akan terus berjalan di dalam benda tersebut. Kondisi ini tidak bisa dilihat pengguna kendaraan listrik.

“Sudah pecah selnya (baterai), dia akan terbakar ulang lagi, alis menyala lagi,” tuturnya.

Dengan begitu apabila kebakaran terjadi di kendaraan listrik, maka ini bukan urusan dinas damkar. Karena, suhu api yang memanas akan mencapai 1.000 derajat Celcius.

“APAR hanya bisa mematikan kebakaran 400 sampai 500 derajat C, kita harus mengerti dari kimia pemadam api,” ujarnya.

Untuk mematikan api, ujar Randall Hart, dibutuhkan bahan kimia yang berbahan ion untuk melawan kebakarannya. Kondisi ini semakin berbahaya dengan kenaikan suhu akibat terjadi korsleting dan elektronnya merembes dari casing yang pecah menimbulkan kebakaran.

“Kalau elektro ini sudah terbakar, yang berbahaya gas-gas bagi hygiene (kesehatan) manusia,” ujarnya.

Gas-gas yang dimaksud antara lain karbondioksida dan fluorine metal yang akan melakukan ekskalasi secara terus-menerus yang berakibat sulit mematikan api.

“Temperatur sudah mencapai 1.000 C, bahan kimia adalah satu-satunya mengatasi elektrolit, bahan kimia hanya bisa dilawan air,” ucapnya.

Randall Hart khawatir penggunaan scooter di Indonesia berbahaya bagi masyarakat lantaran ini akan menimbulkan kebakaran. Peristiwa ini terjadi saat dilakukan pengisian listrik ke baterai.

“Tidak hanya rumahnya yang terbakar, tetapi rumah tetangga bisa habis,” tuturnya. (adm)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *




Enter Captcha Here :

Back to top button