Daur ulang plastik berperan dalam pengelolaan sampah yang membutuhkan kolaborasi lintas sektor yang dapat dilakukan dengan edukasi konsumen dalam memilah sampah dari sumber.
Jakarta, isafetymagazine.com – Riset Sustainable Waste Indonesia (SWI) dan Indonesian Plastic Recyclers (IPR) mengungkapkan kontribusi daur ulang plastik dalam produksi resin plastik sebesar 19% dengan total nilai ekonomi mulai pengumpulan, agregasi, dan daur ulang plastik mencapai Rp19 triliun per tahun.
“Salah satu temuan studi ini menunjukkan tingkat daur ulang plastik total dari sampah pasca- konsumsi (PCR) di Indonesia cukup baik atau tergolong moderat,” kata Director SWI, Dini Trisyanti pada Senin (5/5/2025).
Tingkat daur ulang sampah pasca-konsumsi (PCR) termasuk tinggi untuk polyethylene terephthalate (PET) botol sebesar 71% dan high density polyethylene (HDPE) rigid sebesar 60%.
“Angka tingkat daur ulang ini baik dan telah meningkat signifikan berkat kolaborasi lintas pemangku kepentingan, termasuk inisiatif yang telah dilakukan industri,” ujarnya.
Dini Trisyanti mengemukakan pihaknya yakin data yang akurat sangat krusial untuk memahami kondisi nyata di lapangan dan menjadi dasar bagi kebijakan yang lebih tepat.
Daur ulang plastik berperan dalam pengelolaan sampah yang membutuhkan kolaborasi lintas sektor.
Langkah itu dilakukan dengan edukasi konsumen dalam memilah sampah dari sumber, transparansi pelaporan daur ulang secara nasional, dan inovasi teknologi untuk mendorong daur ulang plastik.
Studi ini berlangsung selama periode Juli hingga Desember 2024 dengan pendekatan hulu-hilir. Metode pengumpulan data melalui wawancara sekitar 700 pelaku rantai nilai plastik dan data sekunder berdasarkan data pemerintah, Badan Pusat Statistik (BPS), dan literatur.
Deputi Bidang Pengelolaan Sampah, Limbah dan B3 Kementerian Lingkungan Hidup Ade Palguna Ruteka menilai studi ini sebagai bentuk kontribusi dari sektor non-pemerintah.
Studi ini tidak hanya melengkapi upaya yang telah dilakukan pemerintah, tetapi memberikan wawasan tambahan melalui hasil identifikasi dan analisis komprehensif.
“Kolaborasi lintas pemangku kepentingan sebagai kunci untuk mewujudkan sistem pengelolaan sampah yang inklusif dan berkelanjutan,” ujarnya.
Peraturan Presiden Nomor 12 Tahun 2025 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional menargetkan penyelesaian 100% permasalahan sampah pada 2029.
Langkah ini dilakukan dengan strategi pengurangan dan penanganan sampah seperti mendorong penerapan prinsip ekonomi sirkular dalam sistem daur ulang dan mendorong produsen untuk menerapkan extended producer responsibility (EPR).
“Target ini tidak akan tercapai tanpa dukungan dari seluruh sektor,” tuturnya.
Head of Division Environment and Sustainability Unilever Indonesia Foundation, Maya Tamimi, mengemukakan Unilever Indonesia telah mengumpulkan dan mengelola 90.000 ton sampah plastik pada 2024. Hal ini dilakukan dari produk-produk yang dijualnya.
“Upaya ini dicapai melalui jaringan bank sampah binaan, pengepul, dan refuse derived fuel (RDF). Kami percaya kolaborasi adalah kunci menuju masa depan yang bebas sampah,” tuturnya.
Langkah yang dilakukan Nestle, ucap Sustainability Delivery Lead Nestlé Indonesia, Maruli Sitompul, dengan menekan limbah plastik melalui penggunaan sedotan kertas di seluruh ready-to-drink (RTD) dan mendesain kemasan menjadi kemasan daur ulang (monomaterial packaging).
Pada kesempatan yang sama Public Affairs and Sustainability Director Aqua, Astri Wahyuni mengemukakan ekosistem daur ulang di Indonesia terus berkembang seperti kualitas input dari sampah tercampur, harga tinggi produk recycled polyethylene terephthalate (RPET), dan kebutuhan insentif bagi pelaku.
“Saat ini, 75% produk Aqua sudah sirkular melalui galon guna ulang, lebih 96% kemasan dapat didaur ulang, dan seluruh produk mengandung hingga 25% material daur ulang,” ucapnya. (adm)
Sumber: investortrust.id