Pabrik Kertas Tjiwi Kimia mengatakan jika suatu sistem produksi mesti menurunkan biaya atau meningkatkan produksi, maka ini akan dievaluasi apa dampaknya terhadap K3.
Jakarta, isafetymagazine.com – Pabrik Kertas Tjiwi Kimia mengimplementasikan sejumlah sistem terkait keselamatan dan kesehatan kerja (K3) seperti sistem mutu, sistem lingkungan, dan sistem energi menjadi satu paket dalam proses produksi.
Jika suatu sistem produksi melakukan penurunan biaya atau peningkatan produksi, maka ini akan dievaluasi apa dampaknya terhadap K3.
“Tjiwi Kimia tidak akan melakukan penurunan biaya dengan mengganti material yang lebih murah tapi berdampak negatif pada pekerja,” kata Health and Safety Manager PT Pabrik Kertas Tjiwi Kimia Tbk, Ruwi Hartono belum lama ini.
Begitupula apabila terjadi peningkatan produksi, maka perusahaan ini tidak menoleransi cara-cara yang tak aman.
Jadi, setiap kebijakan yang diambil dalam proses produksi selalu memperhatikan aspek keamanannya dengan melibatkan tim safety.
“Penyediaan sumber daya manusia (SDM) di Tjiwi Kimia pun mempertimbangkan aspek risiko dari pekerjaannya,” tuturnya.
Ruwi Hartono mengemukakan untuk pekerjaan yang risikonya tinggi, maka diperlukan persyaratan yang lebih ketat bagi karyawan yang ditempatkan di sana.
Kemudian, implementasi K3 di lapangan, juga melibatkan partisipasi karyawan.
βPartisipasi dari karyawan ini betul-betul dibuka selebar-lebarnya, baik secara langsung mengajukan keluhan atau usulan ke atasan, supervisor, manajernya, maupun bisa juga lewat jalur serikat pekerja,” ucapnya.
“Selanjutnya, manajemen akan melakukan perbaikan berdasarkan usulan karyawan.”
Sementara itu Pabrik Kertas Tjiwi Kimia mempunyai media berupa Near Miss Reporting.
Dengan media ini karyawan bisa melaporkan kondisi di lapangan secara online.
“Kondisi yang tidak aman akibat perilaku temannya pun bisa mereka laporkan secara online. Itu salah satu hal yang dilakukan untuk mendorong keterlibatan karyawan dalam menerapkan K3,” ucapnya.
Tjiwi Kimia juga memiliki forum diskusi kelompok kecil, ucap Ruwi Hartono, di tempat kerja karyawan terdapat satu grup bernama Safety and Security Representative.
“Mereka yang aktif mengembangkan safety di operasional masing-masing, dan terus mengajak karyawan berdiskusi terkait cara mengelola bahaya dan risiko, serta pengendaliannya,” tuturnya.
Pembuatan dokumen risiko juga melibatkan karyawan, karena mereka yang paling memahami proses kerja di tempatnya.
“Tools-nya ialah satu media online yang bisa diakses oleh semua karyawan, ada barcode yang biasanya mereka scan, yang kemudian dilaporkan untuk menjadi masukan bagi perusahaan,” tuturnya.
“Kami sebagai tim safety akan memfasilitasi, ke mana improvement yang bisa dilakukan.”
Pada sisi lain Tjiwi Kimia menyelenggarakan pelatihan Health, Safety, and Environment (HSE).
Pelatihan ini berisi materi-materi seperti pelatihan terkait compliance atau pemenuhan regulasi pemerintah.
Kemudian, pelatihan untuk meningkatkan kepedulian karyawan terhadap K3, dan Safe System of Work (SOW).
Satu paket ini terdiri dari 11 jenis pelatihan bagi karyawan yang ditempatkan pada pekerjaan yang berisiko tinggi.
“Pelatihan SOW sifatnya mandatory bagi karyawan yang belum mengikutinya dan bagi yang pernah mendapatkan, pelatihan ini sifatnya refreshment,” ujarnya.
Pada sisi lain Ruwi Hartono mengungkapkan penerapan K3 dilakukan dengan otomasi seperti inspeksi alat pemadam kebakaran.
Perusahaan ini telah menginstal 7.000 lebih alat pemadam kebakaran di lapangan dan sekitar 3.000 hidran.
Jadi, pengecekan bisa dilakukan secara online, yakni datang ke tempat alat tersebut terpasang dilanjutkan melakukan deteksi dan scan barcode.
Kemudian, semuanya sudah bisa masuk ke dalam sistem.
Hal ini bisa menghemat waktu dan mengaktualkan data pelaksanaan di lapangan karena harus scan barcode di lapangan.
Otomasi juga dilakukan untuk mengontrol fire detector di lahan Tjiwi Kimia di command center (pos komando/posko), sehingga bisa memonitornya secara online dan real-time.
Tjiwi Kimia juga mengkombinasikan fungsi safety dan security dalam satu paket.
Jadi, karyawan yang menjalankan fungsi security juga dibekali dengan kemampuan terkait safety secara umum.
Dengan begitu jika seorang karyawan pergi ke lapangan bisa menjalankan fungsi security sekaligus melakukan improvement terkait pengecekan safety.
βJadi, digabungkan dari sisi organisasi safety dan security jadi satu line,β ujarnya.
Sementara itu tim keselamatan dan keamanan, ujar Ruwi Hartono, juga terdapat di setiap seksi operasional dipimpin seorang manajer.
Tim ini merupakan guna melaksanakan program keselamatan dan keamanan di lini terkecil.
“Itu beberapa inovasi untuk meningkatkan safety performance,β ujarnya.
Tjiwi Kimia juga mempunyai tim manajemen stres sejak tahun lalu. Tim ini terdiri dari human resources, serikat pekerja, dan health and safety.
Karyawan yang memiliki keluhan terkaitΒ stres kerja bisa berkonsultasi.
“Ketika dilakukan inspeksi di lingkungan kerja, ternyata ada indikasi bahwa di lingkunan kerja tersebut beban stres tinggi, akan dilakukan coaching bersama serikat pekerja, HR, dan manajernya,” tuturnya.
Evaluasi praktik K3, ucap Ruwi Hartono, juga dilakukan Tjiwi Kimia yang dimasukkan dalam key performance indicators (KPI) setiap pimpinan di bagian produksi.
Artinya evaluasi pimpinan tidak hanya berdasarkan kinerja operasional produksi pada akhir tahun.
Kinerja terkait safety juga dimasukkan dalam penilaian.
“Ketika mereka memikirkan proses produksi, akan satu paket dengan K3-nya,” ucapnya.
Tjiwi Kimia melakukan program K3 di Tjiwi Kimia menggunakan parameter Total Recordable Rate (TRR),Β yakniΒ jumlah kecelakaan kerja dibagi jam kerja.
“Trennya dari tujuh tahun sudah turun 69 persen,β ujarnya. (adm).
Sumber: Majalah Swa