Jakarta, isafetymagazine.com – Sektor konstruksi mengalami angka tinggi dalam kecelakaan kerja di dunia. Bahkan, sektor ini menempati peringkat pertama kecelakaan kerja di Indonesia sebesar 32% dibandingkan sektor-sektor lainnya.
“Sebuah pernyataan ilmuwan dari China pada 2016 bahwa kepemimpinan keselamatan yang kuat dianggap sebagai kunci peningkatan keselamatan kerja proyek konstruksi atau safety performance proyek konstruksi,” kata Wakil Ketua Budang SMK3/P2K3 PPK-K3, Desiderius Viby Indrayana.
Hal ini dikemukakannya dalam webinar bertema ‘Pengaruh Lemahnya Safety Leadership pada Perisriwa Kecelakaan Konstruksi Indonesia Tahun 2017-2019’ pada Minggu (20/12/2020).
Kepemimpinan keselamatan dinilai lebih penting dari kebijakan keselamatan konstruksi. Karena, target utama kinerja sektor ini adalah target kinerja keselamatan konstruksi dengan peningkatan zero accident.
Dari survei kepemimpinan keselamatan yang dilakukan Peneliti Ahmad Suraji pada 14-17 November 2020 menyebutkan sebanyak 50% pelaku jasa konstruksi ditenggarai sudah mengerti kepemimpinan keselamatan. Survei ini melibatkan 625 pelaku jasa konstruksi di Indonesia.
“Dua PR (pekerjaan rumah) yang mesti tergali yaitu setelah kita mengerti dihadapkan fenomena safety leadership seperti apa yang harus dimiliki pelaku jasa konsruksi,” ujarnya.
Pelaku jasa konstruksi telah diingatkan oleh Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) pada 2019 sebuah sistem manajemen keselamatan konstruksi. Sistem ini telah menempatkan kepemimpinan sebagai elemen nomor satu.
“Hal ini menunjukkan Kementerian PUPR sudah menyadari safety leadership harus diutamakan dalam kita membentuk safety culture dengan tercapainya safety performance yaitu zero accident,” jelasnya.
Safety leadership adalah sesuatu yang bisa diukur untuk mengetahui posisi perusahaan. Apakah ini masih kurang, perlu peningkatan atau belum sama sekali.
“Model kepemimpinan keselamatan yang baru adalah yang di-launching pada 2020 adalah salahsatunya model pengukuran yang mengacu kepada ‘Teori Kepemimpinan 759’ yang ditemukan Bapak Ahmad Suraji bersama Bapak Firdaus,” tuturnya.
Dengan demikian, agen-agen perubahan di Indonesia tidak hanya mengikuti perkembangan di luar negeri. Namun, mereka juga melakukan terobosan-terobosan suatu pembaruan keselamatan dan kesehatan kerja (K3) yang lebih baik. (adm)