BALIKPAPAN, ISafetymagz.com – Pesatnya perkembangan teknologi memicu terjadinya revolusi industri dalam tempo singkat. Sejak penemuan mesin uap di abad 18 yang mendorong terciptanya moda transportasi antara lain kapal laut dan kereta api, revolusi industri kini tengah bersiap menghadapi datangnya era Industri 4.0.
Padahal, baru saja kita menghadapi era inovasi teknologi informasi yang begitu gencar dan massif terjadi di penghujung abad 20 dan awal abad 21, yang disebut-sebut sebagai Revolusi Industri ke-3.
Revolusi indusri (dari 3 ke 4) yang berlangsung dalam tempo sangat cepat itu, membuat banyak negara tergagap-gagap menghadapinya. Dunia kini benar-benar akan menghadapi era digital sepenuhnya. Banyak negara merasa khawatir lantaran belum siap.
Maklum, di era industri 4.0, tenaga kerja manusia akan banyak tergusur tenaga-tenaga mesin yang digerakkan secara wireless alias robotik. Penggunaan Big Data dalam segala lini kehidupan akan semakin massif digunakan.
Diperkirakan sekitar 1 – 1,5 miliar orang akan kehilangan pekerjaan di sepanjang kurun waktu 2015 – 2025 karena posisi mereka digantikan dengan tenaga mesin. Banyak pekerjaan yang akan hilang. Bidang-bidang pekerjaan yang sama sekali baru, akan banyak bermunculan.
Departemen Tenaga Kerja Amerika Serikat memperkirakan, di masa mendatang, sekitar 65% siswa SD sekarang ini akan bekerja di bidang pekerjaan yang selama ini tidak pernah ada. Indikasi itu sudah muncul dalam beberapa tahun terakhir dan sudah pula melanda Indonesia. Kelahiran Go-Jek menjadi embrio kemunculan angkutan umum berbasis aplikasi di Indonesia. Pun demikian dengan cara orang berbelanja, dari belanja ke mall-mall atau toko-toko ke belanja secara online.
Era industri 4.0 yang akan segera datang secara global, membuat sektor Keselamatan dan Kesehahatan Kerja (K3) atau OSH (Ocuppational, Safety, and Health) juga harus berbenah mempersiapkan diri. Lantas, apa yang harus dilakukan dunia K3 Indonesia?
Pakar K3 Indonesia yang juga Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Jasa Keselamatan dan Kesehatan Kerja (APJK3) Dr Isradi Zainal menyebutkan, ada empat langkah solusi menghadapi K3 di era indusri 4.0. Yaitu:
1. Pendidikan dan Pelatihan untuk meningkatkan kompetensi serta redistribusi pendapatan dan asset melalui Gerakan Nasional Indonesia Kompeten (GNIK).
2. Dilakukannya kolaborasi antara dunia industri, akademisi, dan masyarakat untuk mengidentifikasi permintaan dan ketersediaan skill bagi era digital di masa depan yang paham K3.
3. Menyusun kurikulum pendidikan yang telah memasukkan materi terkait human-digital skills khususnya terkait K3.
4. Mewujudkan masyarakat berbudaya K3.
“Terkait dengan industri 4.0, saya isradi mengharapkan agar peruashaan mempersiapkan diri dengan investasi digital dan sinergi dengan praktisi serta Perguruan tinggi untuk bersinergi dalam mempersiapkan tenaga kerja yang paham teknologi dan industri 4.0,” kata Isradi Zainal saat menjadi pemakalah dalam acara Seminar Internasional K3 (ISOSH) 2019 yang berlangsung di Hotel Novotel, Balikpapan, Kalimantan Timur, Kamis (14/3/2019).
Selain Isradi, dalam seminar internasional bertajuk “The Implementation of Occupational Safety and Health (OSH) Nowdays and in The Future” itu juga hadir Gubernur Kaltim Dr Isran Noor, Direktur ILO Indonesia dan Timor Leste Michiko Miyamoto, VP HSSE Upstream Pertamina Nepos MT Pakpahan, dan Marketing Manager WEIR Minerals Indonesia for APAC Geoffres James Way.
Untuk implementasi K3 di Indonesia, Isradi yang merupakan anggota DK3N ini menyarankan agar K3 tidak saja diterapkan untuk perusahaan dan tempat kerja akan tetapi juga dalam kehidupan sehari-hari baik di bangku sekolah maupun Perguruan Tinggi.
“Strateginya dengan memasukkan basic safety and health ke dalam kurikulum. Hal ini penting karrena tujuan K3 adalah untuk Budaya K3 dan Behavoiur Basic Safety. Jadikan UU No 1 Tahun 1970 dan UU No 13 Tahun 2003 sebagai rujukan,” Isradi menambahkan. (hasanuddin)
Lihat juga: Perkembangan Industri 4.0 bahaya kerja.