Business

Apa Indonesia Sudah Siap Masuk Pasar Global?

Indonesia akan mengalami bonus demografi yang harus dimanfaatkan secara baik.

Jakarta, isafetymagazine.com – Standarisasi dan inovasi berperan penting dalam upaya menghadapi pasar global yang semakin kompetitif. Tanpa kedua hal ini, Indonesia akan tergerus sistem otomatisasi sebagai bagian penerapan industri 4.0.

Demikianlah kesimpulan materi bertajuk ‘Mata Rantai Menuju Indonesia Emas’ yang dibawakan oleh Dewan Pendiri Indonesia ISO Expert Association (IIEA), Supandi pada acara HUT ke-3 Indonesia ISO Expert Association (IIEA) di Gedung Biro Klasifikasi Indonesia (BKI), Jakarta pada Minggu (18/12/2022).

“Standar dan paten akan memberikan nilai tambah terhadap hasil inovasi pada era kompetisi global saat ini. Standar dan paten dapat menjadi keunggulan kompetitif yang saling mendukung bagi hasil inovasi,” kata Supandi.

Inovasi menjadi kata kunci dalam memenangkan era persaingan pasar global yang sangat kompetitif. Namun, Indonesia terbilang masih lemah dalam pencapaian tersebut.

Data Global Innovation Index (GII) tahun 2022 menyebutkan Indonesia menempati peringkat 75 dari 132 negara. Di tingkat Asia Pasifik, Indonesia juga hanya bisa menduduki peringkat 11 dan ke-7 di lingkup ASEAN.

“Kenyataan ini menjadi tantangan tersendiri bagi Indonesia untuk mengejar ketertinggalannya di bidang inovasi dibanding negara-negara lain,” ucap Supandi.

Sejak awal suatu riset dikembangkan, peneliti dapat terlibat dalam perumusan standar yang terkait dengan penelitiannya. Saat riset telah menghasilkan suatu inovasi, hak paten akan memberikan perlindungan hukum atas penemuan atau ciptaan kepada penemunya.

“Di sisi lain, ketika standar yang terkait dengan riset telah ditetapkan, maka akan terbuka akses pasar sekaligus mengunci follower karena inovasinya pasti terus digunakan dalam penerapan standar tersebut,” tuturnya.

Pada proses riset, standar berperan mengurangi biaya, menjamin interoperabilitas proses industri, meningkatkan kualitas, serta mengurangi risiko keselamatan dan kesehatan.

Sementara itu Supandi mengemukakan Indonesia akan mengalami bonus demografi yang harus dimanfaatkan secara baik. Jika ini tidak dimanfaatkan dengan baik dan optimal, maka bonus demografi akan menjadi beban dan masalah.

Pasalnya, revolusi industri 4.0 membutuhkan tenaga kerja dengan kemampuan teknologi, berpikir kritis, hingga kreativitas.

“Apabila bonus demografi Indonesia didominasi oleh sumber daya manusia dengan keahlian dasar, maka kemungkinan besar akan digantikan oleh teknologi,” ujarnya. (Hasanuddin/adm)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *




Enter Captcha Here :

Back to top button