EnvironmentFeaturedRegional News

“Panen Padi & Jagung Sekarang Sudah Bisa 2 Kali, Bapak…”

RAKNAMO, isafetymagazine.com – Masyarakat petani yang tinggal di kawasan bendungan Raknamo di Desa Raknamo, Kecamatan Amabi Oefeto, Kabupaten Kupang, Nusa Tenggara Timur (NTT) kini tersenyum lega. Mereka sudah merasakan manfaat langsung dari kehadiran bendungan Raknamo yang diresmikan Presiden Joko Widodo (Jokowi) pada 9 Januari 2018 lalu.

“Sekarang panen padi dan jagung sudah bisa dua kali dalam satu tahun, Bapak,” kata Iang Marabijala (55), warga Dusun I, Desa Raknamo, Kabupaten Kupang, NTT kepada isafetymagazine.com di Raknamo, Kupang, NTT, Selasa (13/8/2019).

Iang Marabijala (55), salah seorang petani di Dusun I, Desa Raknamo, Kupang, NTT dengan latar area persawahan dan ladang jagung milik para petani di sana.

Sebelum ada bendungan Raknamo, Iang mengaku hanya mengalami masa panen satu kali dalam setahun. Produksi pertanian masyarakat, termasuk Iang, pun meningkat.

Menurut ayah lima anak ini, selama ini dari lahan 1 hektar miliknya, ia memroduksi padi seberat sekitar 4 ton dengan masa panen satu kali dalam satu tahun. Kini, produksi padinya meningkat menjadi 5-6 ton/hektar dengan masa panen dua kali dalam satu tahun. Begitu pula dengan jagung, yang mengalami peningkatan produksi dua kali lipat dari biasanya.

Untuk padi, jenis yang Iang tanam adalah Impari 6. Sedangkan untuk jagung, jenis yang ditanam adalah Jagung Pulut yang berwarna putih dan merupakan jagung khas NTT.

Jagung Pulut hasil produksi pertanian masyarakat Dusun I, Desa Raknamo.

Selain untuk konsumsi sendiri, Iang menjual hasil pertaniannya ke koperasi dan rumah sakit terdekat. Untuk jual, para petani di sana menurut Iang mematok harga Rp11.000/kg dalam bentuk gabah dan Rp12.000/kg dalam bentuk beras. Untuk sekali masa panen padi, Iang kini bisa meraup pendapatan antara Rp55 juta – Rp72 juta untuk produksi padi 5 – 6 ton.

Pengakuan serupa juga diungkapkan Soleman Ofe (64), Ketua Kelompok Tani I di Desa Raknamo. Soleman mengatakan, masa panen 2 kali/tahun itu baru dirasakannya di tahun 2019 ini setelah bendungan Raknamo diresmikan Presiden Jokowi pada 9 Januari 2018.

Soleman Ofe (64), Ketua Kelompok Tani I, Dusun I, Desa Raknamo.

“Bulan Mei kemarin, kami panen. Sekarang ini beta dan para petani yang ada di Kelompok Tani yang beta pimpin, memasuki masa tanam kedua,” kata Soleman Ofe kepada isafetymagazine.com.

Soleman Ofe mengaku memiliki lahan pertanian seluas 2 hektar. Di lahan seluas itu ia menanam padi, jagung, dan kacang hijau.

Soleman menjelaskan, Kelompok Tani I yang dia pimpin memiliki 76 anggota petani dan sekarang ini mengolah lahan pertanian seluas 36 hektar. “Masih banyak lahan tidur, Bapak. Baru 36 hektar yang kami olah untuk pertanian,” kata Soleman seraya menunjuk ke arah lahan pertanian milik Kelompok Tani I, yang berlokasi sangat berdekatan dengan bendungan Raknamo.

Bendungan Raknamo

Mewakili para petani di Dusun I, Desa Raknamo, Soleman merasa bersyukur dan mengucapkan terima kasih kepada pemerintah terutama PT Waskita Karya (Persero) Tbk atas dibangunnya bendungan Raknamo di wilayah mereka. Sebab, selama puluhan tahun ini, para petani di sana hanya mengandalkan hujan yang turun dari langit, yang terbilang tidak banyak tercurah ke bumi NTT.

Dari hasil panen pertama, Soleman mengaku mengantongi keuntungan bersih sekitar Rp2,5 juta. “Lumayan Bapak. Untuk makan keluarga ada. Sisanya lalu beta jual,” katanya.

Bendungan Raknamo

Soleman hanya berharap, bendungan Raknamo bisa dijaga keamanan dan keselamatannya dan dirawat dengan sebaik-baiknya secara bersama-sama. “Supaya ini semua lahan tidur bisa dimanfaatkan oleh para petani,” kata Soleman penuh harap.

Ungkapan rasa syukur atas dibangunnya bendungan Raknamo juga disampaikan Agus Fernandes, Kepala Desa Raknamo, Kecamatan Amabi Oefeto, Kabupaten Kupang, NTT. Kehadiran bendungan tersebut diharapkan bisa mendongkrak tingkat perekonomian masyarakat di Desa Raknamo pada khususnya dan desa-desa lain di kawasan bendungan pada umumnya.

Agus Fernandes, Kades Raknamo

“Sebagai warga masyarakat Desa Raknamo tentu kami merasa bersyukur atas dibangunnya bendungan Raknamo di desa kami, sebab akan sangat membantu terhadap aktivitas pertanian masyarakat dan pada akhirnya bisa meningkatkan taraf hidup masyarakat di desa kami,” kata Agus Fernandes kepada isafetymagazine.com di lokasi bendungan Raknamo.

Sejauh ini, kata Agus, baru para petani yang berada sangat dekat dengan bendungan yaitu Kelompok Tani I yang sudah bisa merasakan manfaat dari bendungan Raknamo. Sebab, selama ini masyarakat di Dusun I mengandalkan air dari waduk kecil yang kini sudah tertutup bangunan bendungan Raknamo.

Jadi, sambung Agus, mereka mendapat pengairan khusus dari Balai Wilayah Sungai (BWS) Nusa Tenggara II selaku pengelola bendungan Raknamo.

Manajer QHSE Divisi Infrastruktur 3 PT Waskita Karya Sihar P Hasibuan (rompi merah) bersama para petani di Dusun I, Desa Raknamo, Kupang, NTT

Meski sudah diresmikan Presiden Jokowi lebih dari setahun lalu (9 Januari 2018), sejatinya bendungan Raknamo belum resmi bisa dioperasikan dan dimanfaatkan. Selain pertimbangan teknis, ada beberapa tahapan lagi yang harus dilalui agar bendungan Raknamo bisa dimanfaatkan untuk kepentingan irigasi, air baku, dan lainnya.

Antara lain, bendungan harus sudah terisi penuh air dan dilakukan audit oleh Komisi Keamanan Bendungan (KBB). Ketika isafetymagazine.com bertandang ke bendungan Raknamo, Selasa (13/8/2019), ketinggian air bendungan Raknamo memang masih berada jauh di batas normal sehingga air di bendungan tidak bisa melimpas ke saluran pelimpah (spillway) yang sudah dibangun. (Hasanuddin)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *




Enter Captcha Here :

Back to top button