Health

Tingkat Kecemasan dan Depresi Partisipan Pemilu 2024 Naik Ketimbang Pemilu 2019

ari sebanyak 1.077 responden ditemukan partisipasi Pemilu 2024 mengalami peningkatan risiko kecemasan (ansietas) dua kali lipat dan risiko depresi tiga kali lipat.

Jakarta, isafetymagazine.com – Studi observasional tentang Kesehatan Jiwa dan Pemilu 2024 yang dilakukan oleh Kaukus Masyarakat Peduli Kesehatan Jiwa melaporkan prevalensi kecemasan (anxiety) setelah Pemilu ini tingkat sedang sampai berat sebesar 16% dan depresi (depression) setelah Pemilu 2024 sebesar 17,1%.

Ketua Tim Peneliti dan Inisiator Kaukus dan Ketua Health Collaborative Center (HCC), Dr dr Ray Wagiu Basrowi MKK FRSPH mengatakan temuan ini menunjukkan angka prevalensi kecemasan dan depresi yang lebih tinggi dbandingkan data hasil Riskesdas 2018 dan Direktorat Keswa Kemenkes 2022.

Sebelumnya, pemilu menunjukkan tingkat depresi sedang-berat sebesar 6% dan gangguan emosi termasuk ansietas sedang dan berat sebesar 9,8%. Angka ini meningkat signifikan setelah hari pencoblosan pada 14 hingga 16 Februari 2024.

“Terlihat bahwa risionya pun terkait dengan persepsi kesehatan jiwa yang berkaitan dengan proses partisipasi Pemilu,” ujarnya.

Tim Peneliti Kaukus yang terdiri dari Dr dr Ray Wagiu Basrowi, Prof Dr dr Nila F Moeloek, Prof Dr Tjhin Wiguna, dan Kristin Samah mengungkapkan survei ini memiliki tingkat kepercayaan sebesar 95% dan margin of error sebesar 2%, sehingga kredibel dalam merepresentasikan kondisi masyarakat Indonesia.

Dari sebanyak 1.077 responden ditemukan partisipasi Pemilu 2024 mengalami peningkatan risiko kecemasan (ansietas) dua kali lipat dan risiko depresi tiga kali lipat.

Nila F Moeloek menambahkan temuan ini menegaskan intervensi dan mitigasi khusus perlu dilakukan untuk mencegah kecemasan dan depresi agar tidak berlanjut.

“Ansietas dan depresi adalah pintu masuk untuk gangguan jiwa serius bahkan bisa fatal, jadi harus dicegah,” tuturnya.

Dengan begitu Kaukus Masyarakat Peduli Kesehatan Jiwa merekomendasikan pemerintah dan masyarakat menciptakan suasana komunitas yang positif pasca Pemilu 2024. Selain itu menghindari perdebatan politik yang berlarut-larut.

Mereka juga mendorong penguatan akses pelayanan kesehatan jiwa di tingkat komunitas dan layanan primer, termasuk konseling di puskesmas.

Studi ini menggunakan metode observasional kuantitatif dengan desain cross sectional melalui kuesioner online dengan instrumen GAD-7 dan PHQ-9.

Langkah ini guna mengukur status kesehatan jiwa dan persepsi tentang Pemilu.

Temuan studi ini juga menunjukkan Pemilu 2024 berkaitan dengan konflik internal, eksternal, dan tekanan dalam memilih, berpotensi menyebabkan depresi, dan ansietas. (lie/adm)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *




Enter Captcha Here :

Back to top button